Senin, 30 Desember 2013

Apakah Allah Tahu Adam dan Hawa Akan Berdosa?


 

BANYAK orang benar-benar ingin mengetahui jawaban pertanyaan ini. Apabila timbul persoalan mengenai mengapa Allah mengizinkan kefasikan, yang segera menjadi fokus adalah dosa pasangan manusia pertama di Taman Eden. Gagasan bahwa ’Allah mahatahu’ bisa langsung membuat beberapa orang menyimpulkan bahwa Allah pasti sudah tahu Adam dan Hawa bakal tidak taat kepada-Nya.

Jika Allah memang sudah tahu sebelumnya bahwa pasangan sempurna ini akan berdosa, apa implikasinya? Konsep tersebut akan menyiratkan bahwa Allah punya banyak perangai negatif. Ia akan tampak tidak pengasih, tidak adil, dan tidak tulus. Ada yang mungkin menyatakan Allah kejam karena menghadapkan manusia pertama pada situasi yang sudah diketahui akan berakhir buruk. Allah bisa tampak bertanggung jawab atas—atau setidaknya terlibat dalam—semua keburukan dan penderitaan sepanjang sejarah. Bagi beberapa orang, Pencipta kita bahkan akan kelihatan bodoh.

Apakah Allah Yehuwa, sebagaimana disingkapkan dalam Alkitab, cocok dengan gambaran negatif tersebut? Untuk menjawabnya, mari kita periksa apa yang Alkitab katakan tentang karya ciptaan dan kepribadian Yehuwa.

Apa Masa Depan Saudara?

Apa Masa Depan Saudara?

JIKA Allah yang Mahakuasa itu mahatahu, mengetahui semua hal di masa lalu, sekarang, dan di masa depan, bukankah seharusnya semua hal ditakdirkan untuk terjadi tepat seperti yang telah Allah lihat sebelumnya? Jika Allah telah melihat sebelumnya dan menetapkan haluan serta takdir akhir setiap manusia, dapatkah benar-benar dikatakan bahwa kita bebas memilih haluan hidup kita, masa depan kita?

Pertanyaan-pertanyaan ini telah diperdebatkan selama berabad-abad. Perbantahan masih terus memecah-belah agama-agama utama. Dapatkah kesanggupan Allah untuk mengetahui masa depan di muka diselaraskan dengan kehendak bebas manusia? Di mana seharusnya kita mencari jawabannya?

Jutaan orang di seluruh bumi sependapat bahwa Allah telah berkomunikasi dengan umat manusia melalui Firman-Nya yang tertulis yang disampaikan melalui para juru bicara-Nya, para nabi. Misalnya, Quran menunjukkan penyingkapan-penyingkapan yang berasal dari Allah: Taurāh (Taurat, Hukum, atau lima buku Musa), Zabūr (Mazmur), dan Injīl (Injil, Kitab-Kitab Yunani Kristen, atau ”Perjanjian Baru”), serta hal-hal yang disingkapkan kepada para nabi di Israel.

Dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen, kita membaca, ”Segenap Tulisan Kudus diilhamkan Allah dan bermanfaat untuk mengajar, untuk menegur, untuk meluruskan perkara-perkara.” (2 Timotius 3:16) Jelaslah, bimbingan atau penerangan apa pun yang kita terima haruslah berasal dari Allah sendiri. Kalau begitu, bukankah bijaksana untuk memeriksa tulisan-tulisan para nabi Allah di masa awal? Apa yang mereka singkapkan tentang masa depan kita?

Apakah Allah Ada di Mana-Mana?

Pandangan Alkitab

Apakah Allah Ada di Mana-Mana?

ALLAH dengan tepat digambarkan sebagai pribadi yang mahakuasa dan mahatahu. Namun, dalam upaya lebih lanjut untuk menggambarkan kehebatan Allah, ada yang mengatakan bahwa Allah juga mahahadir. Mereka percaya bahwa Allah ada di mana-mana pada waktu yang sama.

Dua sifat pertama yang disebut di atas dengan jelas didukung oleh ajaran Alkitab. (Kejadian 17:1; Ibrani 4:13; Penyingkapan 11:17) Allah memang mahakuasa, dan Ia mahatahu dalam arti bahwa tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dari-Nya. Tetapi, apakah Ia mahahadir? Apakah Allah ada di mana-mana, atau apakah Ia suatu pribadi yang mempunyai tempat tinggal yang spesifik?

Di Manakah Allah?

Dalam berapa ayat Alkitab, ”surga” disebut sebagai ’tempat tinggal Allah yang tetap’. (1 Raja 8:39, 43, 49; 2 Tawarikh 6:33, 39) Walaupun orang sering menunjuk ke langit sewaktu ingin menunjukkan letak surga, Alkitab menyatakan, ”Apakah Allah sungguh-sungguh akan tinggal bersama umat manusia di atas bumi? Lihat! Langit, ya, langit segala langit pun tidak dapat memuat engkau.”—2 Tawarikh 6:18.

”Allah adalah Roh,” kata Alkitab. (Yohanes 4:24) Karena itu, Ia tinggal di suatu alam roh yang bukan alam semesta atau langit. Jadi, sewaktu Alkitab menggambarkan ”surga” sebagai tempat tinggal Allah, yang sedang disorot adalah keagungan tempat Ia tinggal yang dikontraskan dengan lingkungan fisik tempat kita berdiam. Yang terpenting, Alkitab mengajarkan bahwa tempat tinggal Allah memang sangat berbeda dengan langit, atau jagad raya, namun Alkitab juga menunjukkan bahwa tempatnya sangat spesifik.—Ayub 2:1-2.

Mengapa banyak orang tidakk yakin ?




 

BANYAK orang memperhatikan rancangan dalam alam namun demikian tidak percaya adanya seorang Perancang, seorang Pencipta. Mengapa tidak?

 

Apakah ketidakpercayaan ini disebabkan seseorang tidak menyetujui alasan bahwa rancangan membutuhkan seorang Perancang? Apakah ada bukti-bukti yang begitu bertentangan dengan hal ini sehingga rancangan dalam alam tidak lagi meyakinkan akal yang sehat dan cerdas?

 

Atau apakah alasan tersebut tetap ada, lebih kuat dari sebelumnya? Sebaliknya, apakah, seperti dikatakan rasul Paulus, orang-orang yang menolak untuk menerima apa yang nyata ’tidak dapat dimaafkan’?

 

Rancangan dalam Sejarah

 

Suatu tinjauan singkat ke dalam sejarah tentang hal ini dapat membantu. Pertama-tama, ada banyak orang ateis (tidak percaya adanya Allah) sepanjang abad. Tetapi sampai kira-kira satu abad yang lalu mereka tidak dapat mempengaruhi gagasan-gagasan agama dan ilmiah dengan serius.

Pemilik Abadi dari ”Maksud-Tujuan Kekal”

Pemilik Abadi dari ”Maksud-Tujuan Kekal”

 

”MAKSUD-TUJUAN KEKAL”! Siapa lagi yang dapat mempunyai maksud demikian kalau bukan Allah yang kekal? Evolusi yang dianut oleh banyak sarjana moderen tidak bisa mempunyai maksud demikian, karena suatu kejadian yang kebetulan, yang menjadi pangkal dari teori yang tak terbukti itu, tidak terjadi dengan sengaja, menurut suatu maksud atau rencana. Pada abad ke-15 sebelum Penanggalan Umum, seorang pemberi hukum yang terkenal di dunia, yakni Musa putera Amram, menarik perhatian kepada suatu Allah yang abadi, dengan berkata:

2 ”Sebelum gunung2 dilahirkan, dan bumi dan dunia diperanakkan, bahkan dari se-lama2-nya sampai se-lama2-nya Engkaulah Allah. . . . Sebab di mataMu seribu tahun sama seperti hari kemarin, apabila berlalu, atau seperti suatu giliran jaga di waktu malam.”—Kitab Mazmur, Pasal 90, ayat 2-4.

3 Pada abad pertama dari Penanggalan Umum, seorang yang beriman kepada Musa menarik perhatian kepada Allah yang sama, yang tak berbatas pada waktu, baik di masa lampau maupun di masa yang akan datang. Tulisnya: ”Hormat dan kemuliaan sampai se-lama2-nya bagi Raja segala zaman, Allah yang kekal, yang tak nampak, yang esa! Amin.” (1 Timotius 1:17) Allah yang kekal sudah tentu dapat mempertahankan maksud-tujuannya sampai terlaksana sepenuhnya, berapapun lamanya, bahkan kalau itu makan waktu beberapa zaman.

Rabu, 25 Desember 2013

Tetragrammaton

 
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari

Tetragrammaton dalam hiasan kaca di gereja Episkopal tahun 1868 di in Iowa
Tetragrammaton (Bahasa Yunani: τετραγράμματον kata dengan empat huruf) nama dalam bahasa Ibrani untuk Tuhan, yang dieja (dalam huruf Ibrani); י (yod) ה (heh) ו (vav) ה (heh) atau יהוה (YHWH), tetragramaton adalah nama pribadi dari Tuhan orang Israel.

Apa yang Alkitab Katakan tentang Paskah?



Jawaban Alkitab

Perayaan Paskah (Easter) tidak berdasarkan Alkitab. Jika Anda memeriksa sejarahnya, Anda akan mengetahui makna Paskah yang sebenarnya, yaitu tradisi kuno yang berhubungan dengan ritual kesuburan. Perhatikan beberapa hal berikut.

Selasa, 24 Desember 2013

Mengapa Kita Butuh Allah?


 

Banyak orang merasa mereka bisa hidup tanpa Allah atau terlalu sibuk untuk mengingat Dia. Apakah mengenal dan mengingat Allah memang penting?

Minggu, 22 Desember 2013

Caranya Menjadi Pendengar yang Baik

BANTUAN UNTUK KELUARGA | PERKAWINAN

 

TANTANGANNYA

[Gambar di hlm. 12]

”Kamu enggak pernah dengerin aku!” kata teman hidup Anda. ’Lho? Aku dengerin kok,’ pikir Anda. Rupanya, apa yang ingin dia sampaikan berbeda dengan maksud yang Anda tangkap. Akibatnya, kalian pun bertengkar.
Kalian bisa menghindari masalah semacam ini. Pertama-tama, coba perhatikan apa saja yang bisa membuat Anda tidak menangkap maksud kata-kata teman hidup Anda, padahal Anda merasa sudah mendengarkan.

Musuh dari Hidup Kekal



KEBAHAGIAAN di bumi—hampir setiap orang menginginkannya. Maka, mengapa begitu banyak orang yang tidak bahagia? Apa yang tidak beres? Karena hampir setiap orang menginginkan perdamaian, mengapa bangsa-bangsa berperang dan orang-orang saling membenci? Apakah ada suatu kekuatan yang membimbing mereka untuk melakukan perkara-perkara yang buruk ini? Mungkinkah ada suatu kuasa yang tidak kelihatan, yang mengendalikan semua bangsa?



2


Banyak orang ingin tahu mengenai hal ini apabila mereka mengamati betapa luar biasa kekejaman manusia—gas-gas yang mengerikan yang dipakai dalam peperangan untuk mencekik dan membakar orang-orang sampai mati, maupun bom-bom napalm dan bom-bom atom. Juga, senjata-senjata yang memuntahkan api, kamp-kamp konsentrasi, pembunuhan masal atas jutaan orang yang tidak berdaya, seperti di Kamboja tahun-tahun belakangan ini. Menurut saudara, apakah segala kejahatan ini terjadi hanya secara kebetulan? Meskipun manusia dengan inisiatif sendiri dapat melakukan perbuatan yang mengerikan, jika saudara mempertimbangkan betapa kejinya kejahatan yang dilakukan manusia, tidakkah masuk akal bahwa ia telah dipengaruhi oleh suatu kuasa jahat yang tidak kelihatan?

Yesus

PANDANGAN ALKITAB

 

Apakah Yesus itu Allah?

”Tidak seorang pun pernah melihat Allah.”Yohanes 1:18.

APA KATA ORANG

Banyak yang yakin bahwa Yesus bukan Allah. Yang lain berpendapat bahwa menurut beberapa ayat Alkitab, Yesus setara dengan Allah.

Sabtu, 21 Desember 2013

Pope admits Dec. 25 was not Christ's birthday





A brother posted a photo of a newspaper saying "Pope Benedict: Jesus wasnt born of Dec. 25" it surprised me so i search it in the internet and then i found out that it is true.

The present Pope released his newest book that also debunks Christmas myths.

BENARKAH YESUS LAHIR PADA TANGGAL 25 DESEMBER?


 

11 Desember 2012 pukul 23:52
Kitab Perjanjian Baru tidak memberikan informasi tanggal kelahiran Yesus sehingga pemunculan tanggal 25 Desember menimbulkan berbagai kontroversi diantara kalangan Kristen sendiri. Darimana asal usul perayaan kelahiran Yesus pada tanggal 25 Desember? Pertanyaan ini membelah menjadi dua kelompok jawaban. Kelompok pertama menghubungkan tanggal 25 Desember kepada perayaan paganisme Roma yang diadopsi dalam Kekristenan. Kelompok kedua menghubungkan tanggal 25 Desember pada catatan kuno Bapa Gereja sebelum Konsili Nicea.






Pandangan Pertama:

Asal Usul Paganisme Dari Natal 25 Desember

Pandangan pertama menghubungkan perayaan Christmass pada tanggal 25 Desember dengan adopsi unsur-unsur kekafiran oleh gereja Katolik maupun Ortodox. Perhatikan beberapa kutipan berikut:

Jumat, 20 Desember 2013

Apakah Berita di Media Bisa Dipercaya?

SEDARLAH! DESEMBER 2013

 

Banyak orang ragu akan berita yang mereka baca dan dengar. Cari tahu bagaimana agar kita bisa berhati-hati, sambil tetap berpikiran terbuka.

Seorang Ahli Bedah Ortopedi Menjelaskan Imannya

WAWANCARA | IRÈNE HOF LAURENCEAU

 

Dr. Irène Hof Laurenceau adalah seorang ahli bedah ortopedi di Swiss. Pada suatu waktu, ia pernah meragukan keberadaan Allah. Tetapi, bertahun-tahun kemudian, dia akhirnya menyimpulkan bahwa Allah ada dan bahwa Ia adalah Sang Pencipta kehidupan. Sedarlah! mewawancarainya tentang pekerjaannya dan imannya.

Kamis, 19 Desember 2013

Konstantin

POTRET MASA LALU

 

Konstantin adalah kaisar Romawi pertama yang mengaku Kristen. Karena itu, ia sangat memengaruhi sejarah dunia. Ia memeluk agama yang sebelumnya ditindas ini dan membuka jalan ke terbentuknya gereja-gereja Kristen. Apa yang disebut Kekristenan pun menjadi ”agen sosial dan politik terkuat” yang memengaruhi jalannya sejarah, menurut The Encyclopædia Britannica.
MENGAPA Anda perlu tahu tentang seorang kaisar Romawi kuno? Jika Anda tertarik pada Kekristenan, Anda sepatutnya tahu bahwa manuver politik dan agama yang dilakukan Konstantin telah memengaruhi kepercayaan dan praktek banyak gereja hingga hari ini. Bagaimana caranya?

Apa yang Alkitab Katakan tentang Natal?

 

Jawaban Alkitab

Alkitab tidak memberi tahu tanggal kelahiran Yesus atau menyuruh kita memperingati hari kelahirannya. Cyclopedia karya McClintock dan Strong menyatakan, ”Perayaan Natal bukan suatu ketetapan ilahi, juga tidak berasal dari PB [Perjanjian Baru].
Malah, dengan menyelidiki sejarah Natal, kita akan mengetahui bahwa Natal berasal dari ritual kekafiran. Alkitab memperlihatkan bahwa kita menyakiti hati Allah jika kita menyembah Dia dengan cara yang tidak Ia sukai.—Keluaran 32:5-7.

NATAL TANGGAL 25 DESEMBER ADALAH SEBUAH KEBOHONGAN


  • SELAMAT DATANG

  •  

    SEJARAH NATAL
    Kata natal berasal dari bahasa Latin yang berarti lahir. Secara istilah Natal berarti upacara yang dilakukan oleh orang Kristen untuk memperingati hari kelahiran yesus.Peringatan Natal baru tercetus antara tahun 325 – 354 oleh Paus Liberius, yang ditetapkan tanggal 25 Desember, sekaligus menjadi momentum penyembahan Dewa Matahari, yang kadang juga diperingati pada tanggal 6 Januari, 18 Oktober, 28 April atau 18 Mei. Oleh Kaisar Konstantin, tanggal 25 Desember tersebut akhirnya disahkan sebagai kelahiran Yesus (Natal). 

    Natal yang Penuh Kebohongan


    OPINI | 14 December 2010 | 09:37 Dibaca: 65   Komentar: 1   0


    TAK usah pun daku berpanjang labar, kita semua pasti sudah mafhum apa itu Natal. Sebagaimana lazimnya hari besar keagamaan, Natal mestinya menjadi waktu ekstra bagi penganutnya untuk introspeksi, berkaca, merenung, dan makin mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Bagi orang yang suka mengulur-ulur waktu pertobatannya, Natal sejatinya dijadikan sebagai garis START untuk memulai kehidupan sebagaimana yang dikehendaki oleh Tuhan Yang Mahakasih yang ada dalam diri Yesus Kristus. Dan jika sudah bertekad menjadi manusia baru, jangan pernah lagi menoleh ke belakang. Jangan ulangi lagi kesalahan dan dosa. Jangan jadikan Natal hanya pertobatan sementara waktu.
    Terus terang, Natal memang terang terus. Tetapi manusia yang merayakannya—yang memperingatinya saban Desember, bahkan para rohaniwan yang mengkhotbahkan kesucian dan kesederhanaan Natal di mimbar dengan mulut berbusa-busa—selalu diliputi kegelapan. Kenapa? Karena kebanyakan dari kita sudah tidak bisa lagi melihat makna Natal yang sebenarnya. Meski gereja dan rumah-rumah bahkan jalan- terang benderang oleh lampu-lampu pohon natal nan gemerlap itu, mata hati kita pada dasarnya tertutup. Bahwa Natal adalah sukacita, itu sangat tepat. Namun bersuka cita tidak harus diwujudkan dalam kemeriahan dan keglamouran.

    Natal 25 Desember adalah kebohongan public sepanjang masa!!!


    Menu

    Kontroversi Natal: Kebohongan Sinterklas menurut Dr. Nathan Grills



    On Jumat, 23 Desember 2011 / Reply

    Kontroversi Natal: Kebohongan Sinterklas, Sosok Pemalas

    MELBOURNE (voa-islam.com) – Natal alias Christmas yang dirayakan umat Kristen seluruh dunia, hampir tak bisa dipisahkan dari sosok Sinterklas (Santa Claus). Tokoh ini selalu dinanti oleh anak-anak setiap perayaan Natal di akhir tahun. Namun, di balik penampilannya yang tambun, bermuka merah dan riang gembira, sosok khas Sinterklas itu justru bisa memberi pendidikan buruk bagi anak-anak.
    Demikian menurut hasil penelitian seorang akademisi Australia, Dr. Nathan Grills dari Universitas Melbourne. Diterbitkan dalam British Medical Journal, Gills menyatakan bahwa karakter unik Sinterklas kini bisa dipandang sebagai tokoh yang mempromosikan gaya hidup yang tidak sehat.
    ...Sinterklas dianggap tokoh yang terlalu banyak makan, minum, dan kurang berolahraga. Sifat-sifat malas ini tidak bagus untuk anak-anak...
    Menurut Grills, dengan tubuhnya yang selalu digambarkan tambun, Sinterklas dianggap tokoh yang terlalu banyak makan, minum, dan kurang berolahraga. Sifat-sifat malas ini tidak bagus untuk anak-anak, yang selalu senang dengan Sinterklas karena selalu memberi hadiah natal - walau itu berasal dari orang tua mereka.
    Seperti dikutip laman stasiun televisi ABC News, dengan penampilan saat ini, Grills meyakini bahwa Sinterklas kemungkinan telah menjadi figur yang paling populer dan kini sering dimanfaatkan menjadi alat pemasaran berbagai produk, termasuk makanan cepat saji hingga minuman keras.

    Senin, 16 Desember 2013

    Apa Dosa Asal Itu?

    Apa Dosa Asal Itu?

    PERTANYAAN ini sangat penting bagi kita. Mengapa? Karena ketidaktaatan Adam dan Hawa kepada Allah mempengaruhi seluruh generasi keturunannya sampai ke zaman kita. Alkitab menyatakan, ”Dosa masuk ke dalam dunia melalui satu orang dan kematian, melalui dosa, demikianlah kematian menyebar kepada semua orang karena mereka semua telah berbuat dosa.” (Roma 5:12) Tetapi, bagaimana tindakan sederhana mengambil dan memakan buah dari sebuah pohon bisa mengakibatkan konsekuensi yang sedemikian tragis?

    Sewaktu menciptakan Adam dan Hawa, Allah menempatkan mereka di sebuah taman nan indah yang dipenuhi tumbuh-tumbuhan yang bisa dimakan dan pohon-pohon yang menghasilkan buah. Hanya satu pohon yang dilarang—”pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat”. Sebagai insan bermoral yang bebas memilih, Adam dan Hawa dapat menentukan apakah mereka akan menaati Allah atau tidak. Akan tetapi, Adam diperingatkan, ”Pada hari engkau memakan [pohon pengetahuan], engkau pasti akan mati.”—Kejadian 1:29; 2:17.

    Pembatasan yang Masuk Akal

    Satu-satunya pembatasan ini tidak menyulitkan; Adam dan Hawa dapat makan dari semua pohon lain dalam taman itu. (Kejadian 2:16) Lagi pula, larangan itu tidak menyiratkan adanya kecenderungan yang salah pada pasangan tersebut, juga tidak merampas martabat mereka. Andaikata Allah melarangkan perkara-perkara keji seperti bestialitas atau pembunuhan, bisa saja ada yang berpendapat bahwa manusia yang sempurna punya kecenderungan fasik tertentu yang perlu dicegah. Akan tetapi, makan adalah hal yang wajar dan patut.

    Apakah buah terlarang itu adalah hubungan seksual, seperti anggapan beberapa orang? Pandangan ini tidak didukung oleh Alkitab. Pertama, sewaktu Allah membuat larangan ini, Adam masih seorang diri dan tampaknya tetap begitu selama beberapa waktu. (Kejadian 2:23) Kedua, Allah menyuruh Adam dan Hawa untuk ’beranak-cucu dan bertambah banyak dan memenuhi bumi’. (Kejadian 1:28) Tentu saja, Ia tidak akan memerintahkan mereka untuk melanggar hukum-Nya lantas menghukum mati mereka karena melakukan hal itu! (1 Yohanes 4:8) Ketiga, buah itu mula-mula dimakan sendirian oleh Hawa, baru kemudian diberikan kepada Adam, suaminya. (Kejadian 3:6) Jelaslah, buah tersebut bukan hubungan seksual.

    Air Bah—Fakta atau Dongeng?

    Air Bah—Fakta atau Dongeng?
    ’Dan semua binatang tersebut datang berpasangan mendapatkan Nuh ke dalam bahtera itu.’—Kejadian 7:8, 9.

    SIAPA yang belum pernah mendengar tentang Air Bah pada zaman Nuh? Mungkin Anda telah mengetahui cerita itu sejak kecil. Sebenarnya, apabila Anda mengunjungi perpustakaan setempat untuk menyelidiki tentang Air Bah, Anda mungkin mendapati ada lebih banyak buku mengenainya yang ditujukan bagi anak-anak daripada bagi orang dewasa. Jadi, Anda mungkin berkesimpulan bahwa kisah Air Bah hanyalah dongeng pengantar tidur. Banyak orang merasa bahwa kisah Air Bah Zaman Nuh, dan kisah-kisah Alkitab lainnya, tidak lebih daripada dongeng atau, paling-paling, pelajaran moral yang dikarang manusia.

    Sungguh mengejutkan, bahkan beberapa orang yang mengaku menaruh kepercayaan agama mereka atas Alkitab meragukan bahwa Air Bah benar-benar pernah terjadi. Imam Katolik Edward J. McLean pernah menyatakan bahwa cerita tentang Nuh ditulis untuk ditafsirkan, bukan sebagai sejarah, melainkan sebagai ”bentuk alegori atau kesusastraan”.

    Akan tetapi, apakah narasi mengenai Air Bah dalam Alkitab hanyalah sebuah alegori (perlambang), bukan untuk diartikan secara harfiah? Apakah Alkitab sendiri mengizinkan pandangan demikian?

    Ada Apa di Balik Ilmu Sihir?

    Ada Apa di Balik Ilmu Sihir?

    ”TUKANG SIHIR”. Bila mendengar kata ini, apa yang Anda bayangkan? Nenek sihir yang mengucapkan mantra-mantra yang mencelakakan atau wanita amoral yang bergaul dengan Setan? Bertentangan dengan konsep itu, banyak orang yang mengaku sebagai tukang sihir modern penampilannya seperti orang kebanyakan. Beberapa di antaranya termasuk kalangan profesional yang disegani, seperti pengacara, guru, penulis, dan perawat. Di seluas dunia, gerakan keagamaan yang tampaknya menyerupai praktek ilmu gaib sedang bangkit kembali, seperti halnya animisme dan neopaganisme. ”Di Rusia, ke mana pun Anda pergi sekarang, ilmu sihir sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari,” kata seorang perwira polisi di negara itu. Di Amerika Serikat, ada sekitar 50.000 sampai 300.000 tukang sihir, atau ”Wiccan”, sebagaimana beberapa menyebut diri mereka.

    Dewasa ini, kata ”tukang sihir” sering kali digunakan secara bebas dan maknanya pun berbeda-beda. Agaknya, perkembangan ilmu sihir zaman modern terutama berhubungan dengan aliran penyembahan dewi-dewi, yaitu animisme, yang sangat mempercayai kekuatan supernatural. Beberapa tukang sihir bekerja sendirian—mereka mempraktekkan ritual mereka sendirian, mengamati perubahan musim, fase pergerakan bulan, dan fenomena alam lainnya. Ada pula yang beribadat dan mengucapkan mantra-mantra mereka dalam coven, yaitu suatu kelompok yang biasanya terdiri dari 13 tukang sihir.

    Memang, di negeri-negeri Barat dewasa ini persepsi publik terhadap tukang sihir sangat berbeda dengan pandangan orang-orang yang mendukung pembakaran tukang sihir pada Abad Pertengahan. Akan tetapi, secara sporadis masih terjadi tindak kekerasan yang sewenang-wenang terhadap para tukang sihir. Sebagai contoh, pada awal bulan Oktober 1998, di Indonesia, gerombolan-gerombolan yang bersenjatakan parang main hakim sendiri dengan membunuh lebih dari 150 orang yang dicurigai sebagai tukang sihir (dukun santet). Di Afrika Selatan antara tahun 1990 dan 1998, dilaporkan ada lebih dari 2.000 kasus kekerasan terhadap tukang sihir, termasuk 577 pembunuhan. Karena hidup di tengah sikap-sikap ekstrem semacam itu—entah yang menyukai ilmu sihir ataupun yang membenci para tukang sihir—bagaimana seharusnya orang-orang Kristen memandang hal ini?

    Kamis, 12 Desember 2013

    Di Amerika, Dilarang Mengucapkan Selamat Hari Natal

     
    HL | 25 December 2012 | 13:32 Dibaca: 5103   Komentar: 0   26
    13564310781348658873
    Ilustrasi/Admin (KOMPAS.com)
    Kalau Anda berada di Amerika (dan juga disebagian besar negara Barat yang lain), Anda mungkin akan mendapati bahwa ucapan selamat Natal (Merry Christmas) tidak akan dijumpai di kantor-kantor pemerintahan dan pernyataan resmi pemerintah. Lho bukannya Amerika adalah negara Kristen? Mengapa mengucapkan selamat Natal koq tidak boleh dilakukan oleh pejabat/pemimpin dimanapun, termasuk di sekolah? Inilah konsekuensi dari sekularisme, sebuah aliran yang membedakan dengan tegas antara urusan dunia dan akherat…antara urusan negara (state) dan agama (church).

    Rabu, 11 Desember 2013

    Natal---Apakah benar2 bersifat Kristen ???


    Natal—Apakah Benar-Benar Bersifat Kristen?

    MENURUT The World Book Encyclopedia, ”Natal adalah hari saat orang-orang Kristen merayakan hari lahir Yesus Kristus.” Namun, ensiklopedia itu juga menyatakan, ”Orang-orang Kristen masa awal tidak merayakan kelahiran [Yesus] karena mereka menganggap perayaan kelahiran seseorang sebagai kebiasaan kafir.”

    Hari Santo Nicholas-- dari mana asalnya ?



    ”Hari
    Santo Nicholas”—Dari Mana Asalnya?

    JIKA saudara melewati jalan-jalan di Belgia pada awal bulan Desember, saudara akan melihat pemandangan yang sangat menarik: kelompok-kelompok anak-anak pergi dari rumah ke rumah, menyanyikan syair-syair pendek yang disebut ”lagu-lagu Santo Nikolas”. Para penghuni rumah menyambut anak-anak yang manis itu dengan menghadiahi mereka buah-buahan, permen, atau uang.

    Natal --- Apa fokusnya ??



    Natal—Apa
    Fokusnya?

    BAGI jutaan orang, Natal dan Tahun Baru adalah waktu bersama keluarga dan teman-teman, waktu untuk menguatkan kembali ikatan kasih. Banyak yang menganggapnya sebagai saat untuk mengenang kembali kelahiran Yesus Kristus dan peranannya sebagai Juru Selamat manusia. Di Rusia, berbeda dengan banyak negeri lainnya, orang tidak selalu boleh merayakan Natal. Meski selama berabad-abad para anggota Gereja Ortodoks Rusia bebas merayakan Natal, mereka dilarang melakukannya selama hampir sepanjang abad ke-20. Apa penyebabnya?

    Brad Pitt: Sinterkas Adalah Sebuah Kebohongan!

     
    koleksi foto selebriti
    Sinterklas selalu dianggap sebagai idola bagi sebagian orang. Terutama saat hari Natal tiba. Bayangkan saja bagaimana baiknya seseorang kakek tua berjanggut putih yang mungkin sudah cukup repot dengan rematiknya namun sempat menebarkan kebaikan dan membagikan hadiah kepada anak-anak kecil.

    Paus : Natal Bukan 25 Desember

    PDF Print E-mail
    Tuesday, 18 December 2012 17:57
    Hj Irena Handono, Pakar Kristologi, Pendiri Irena Center
    Kontroversi NATAL memang tidak pernah surut dibahas tiap tahun apalagi menjelang peringatannya 25 Desember. Berbagai tulisan mengupas tentang asal-asul peringatan ini berulang-ulang dimuat kembali untuk membentengi umat Islam agar tidak terseret dalam peringatan ini. Tapi bukannya peringatan ini menjadi surut, tapi tiap tahun peringatan ini justru makin meriah walau coreng dibalik peringatan ‘suci’ kelahiran tuhan ini terkuak.
    Buku Paus mengupas kebohongan Natal
    Kejadian yang cukup menghebohkan dunia Kristen baru saja terjadi adalah pengungkapan jujur dari tokoh besar Kristen yakni Paus Benedictus XVI. Ia menulis sebuah buku, ‘Jesus of Nazareth: The Infancy Narrative’ yang diluncurkan Rabu (21/11/2012). Ia membongkar beberapa fakta yang mengejutkan seputar kelahiran Yesus Kristus. Antara lain menurutnya,

    Minggu, 24 November 2013

    Asal usul Natal zaman modern.

    Asal Usul Natal Zaman Modern

    BAGI jutaan orang di seluruh dunia, Natal adalah saat yang penuh sukacita dalam setahun. Inilah wa  modern.ktunya untuk makan-makan, menjalankan tradisi turun-temurun, dan menikmati kebersamaan dalam keluarga. Hari Natal adalah juga kesempatan bagi sahabat dan sanak saudara untuk bertukar kartu dan hadiah.

    Akan tetapi, 150 tahun yang lalu, Natal sebenarnya merupakan hari raya yang sangat berbeda. Dalam bukunya, The Battle for Christmas, profesor sejarah Stephen Nissenbaum menulis, ”Natal . . . adalah saat untuk bermabuk-mabukan karena aturan-aturan yang menuntun perilaku manusia dalam masyarakat untuk sementara diabaikan demi ’karnaval’, semacam Mardi Gras di bulan Desember.”

    Bagi orang yang sangat menghormati Natal, gambaran ini mungkin mengganggu perasaannya. Mengapa orang-orang sampai hati menodai hari raya yang bertujuan memperingati kelahiran Putra Allah? Jawabannya mungkin mengejutkan saudara.

    Dasar yang Keliru

    Sejak kemunculannya pada abad keempat, Natal telah diliputi oleh berbagai kontroversi. Misalnya, timbul pertanyaan tentang hari kelahiran Yesus. Karena Alkitab tidak memerinci hari maupun bulan kelahiran Yesus, berbagai tanggal telah diajukan. Pada abad ketiga, sekelompok teolog Mesir menetapkan tanggal 20 Mei sebagai hari kelahiran Yesus, sedangkan para teolog lainnya lebih menyukai tanggal-tanggal yang lebih awal, seperti tanggal 28 Maret, 2 April, atau 19 April. Menjelang abad ke-18, kelahiran Yesus dikaitkan dengan setiap bulan dalam setahun! Kalau begitu, bagaimana tanggal 25 Desember yang akhirnya terpilih?

    Hari-Hari Raya


     

    Definisi: Hari-hari yang biasanya ditandai dengan libur dari pekerjaan sekuler dan sekolah guna merayakan suatu peristiwa. Hari-hari tersebut bisa juga berupa kesempatan untuk pesta-pesta keluarga atau masyarakat. Orang-orang yang ambil bagian di dalamnya dapat menganggapnya bersifat agama atau sebagian besar bersifat ramah-tamah atau duniawi.

    Apakah Hari Natal perayaan yang didasarkan atas Alkitab?

    Tanggal Perayaan

    Cyclopœdia karya M’Clintock dan Strong mengatakan, ”Perayaan Hari Natal bukan suatu ketetapan ilahi, juga tidak berasal dari P[erjanjian] B[aru]. Hari kelahiran Kristus tidak dapat dipastikan dari P[erjanjian] B[aru], atau, malah, dari sumber lain mana pun.”—(New York, 1871), Jil. II, hlm. 276.

    Luk. 2:8-11 menunjukkan bahwa gembala-gembala berada di padang pada malam hari sewaktu Yesus dilahirkan. Buku Daily Life in the Time of Jesus menyatakan, ”Kawanan ternak . . . melewati musim dingin di dalam kandang; dan dari sini saja nyata bahwa tanggal tradisional untuk Hari Natal, yaitu pada musim dingin, tidak mungkin benar, karena Injil mengatakan bahwa gembala-gembala berada di padang.”—(New York, 1962), Henri Daniel-Rops, hlm. 228.

    Natal dilarang

    Pandangan Alkitab

    Apa yang Seharusnya Anda Ketahui tentang Natal

    JUTAAN orang seluas dunia sedang bersiap-siap menikmati musim Natal tahun 2002. Barangkali Anda termasuk di antaranya. Di pihak lain, barangkali bukan kebiasaan Anda untuk ikut dalam aspek religius perayaan yang populer ini. Apa pun halnya, kemungkinan besar Anda tidak dapat menghindari pengaruh suasana Natal. Hal itu merambah ke dalam dunia perdagangan dan hiburan, bahkan di negeri-negeri non-Kristen.

    Apa yang Anda ketahui tentang Natal? Apakah perayaan hari kelahiran Kristus didukung oleh Alkitab? Apa latar belakang perayaan populer yang dirayakan setiap tanggal 25 Desember ini?

    Natal Dilarang

    Jika Anda menyempatkan diri untuk meriset topik ini, Anda akan mendapati bahwa Natal tidak berasal dari Kekristenan sejati. Banyak pakar Alkitab dari berbagai denominasi agama mengakui hal ini. Dengan mengetahui hal ini, Anda pasti tidak heran bahwa di Inggris, pada tahun 1647, Parlemen Cromwell menetapkan Natal sebagai hari penyesalan dosa dan kemudian melarangnya dengan tegas pada tahun 1652. Parlemen sengaja mengadakan rapat pada tanggal 25 Desember setiap tahun, dari tahun 1644 sampai 1656. Menurut sejarawan Penne L. Restad, ”rohaniwan yang memberitakan Natal berisiko dipenjara. Pengurus gereja Anglikan dapat dikenai denda karena mendekorasi gereja mereka. Menurut hukum, toko-toko tetap buka pada hari Natal, seolah-olah itu adalah hari kerja biasa”. Mengapa diambil langkah seekstrem itu? Para reformis Puritan percaya bahwa gereja tidak boleh menciptakan tradisi yang tidak tercantum dalam Alkitab. Dengan giat mereka memberitakan dan membagikan publikasi yang mengecam perayaan Natal.

    Pandangan Alakitab tentang kapan Yesus lahir.

     

    ”TANGGAL persisnya kelahiran Kristus tidak diketahui,” kata Encyclopedia of Early Christianity. Meskipun demikian, jutaan orang yang mengaku Kristen di seluruh dunia merayakan kelahiran Yesus pada tanggal 25 Desember. Tetapi, tanggal ini tidak ada dalam Alkitab. Apakah Yesus memang lahir pada bulan Desember?

    Walaupun tidak memberitahukan tanggal spesifik kelahiran Yesus, Alkitab memberikan bukti bahwa ia tidak lahir pada bulan Desember. Selain itu, dari bukti sekuler kita bisa tahu mengapa 25 Desember diterima sebagai tanggal untuk merayakan kelahirannya.

    Mengapa Bukan pada Bulan Desember?

    Yesus lahir di kota Betlehem di Yudea. Injil Lukas melaporkan, ”Di daerah yang sama itu juga ada gembala-gembala yang tinggal di tempat terbuka dan sedang menjalankan giliran jaga atas kawanan mereka pada waktu malam.” (Lukas 2:4-8) Ini bukan hal yang tidak lazim. ”Kawanan ternak harus menghabiskan sebagian besar waktu sepanjang tahun di udara terbuka,” kata buku Daily Life in the Time of Jesus. Tetapi, apakah para gembala akan berada di luar bersama kawanan ternak mereka pada malam yang dingin di bulan Desember? Buku itu mengatakan, ”Mereka melewatkan musim dingin dalam penaungan; dan dari sini saja jelas bahwa tanggal yang biasa untuk Natal, pada musim dingin, tidak mungkin benar, karena Injil mengatakan bahwa para gembala berada di padang.”

    Kesimpulan ini meneguhkan perincian lainnya dalam catatan Injil Lukas, ”Pada masa itu sebuah ketetapan dari Kaisar Agustus dikeluarkan agar seluruh bumi yang berpenduduk didaftar; (pendaftaran pertama ini terjadi sewaktu Kuirinius menjadi gubernur Siria;) dan semua orang mengadakan perjalanan untuk mendaftarkan diri, masing-masing ke kotanya sendiri.”—Lukas 2:1-3.

    Apakah Ada Kebaikan dalam Semua Agama?


     

    APABILA agama dibicarakan, banyak orang berkata, ’Semua agama baik,’ atau, ’Semua agama tidak lain dari jalan yang berbeda-beda menuju Allah.’

    2 Mudah dimengerti mengapa orang-orang mungkin mendapatkan suatu kebaikan dalam hampir setiap agama, sebab kebanyakan agama menyebut-nyebut tentang kasih dan mengajarkan bahwa membunuh, mencuri dan berdusta tidak dapat dibenarkan. Kelompok-kelompok agama telah mengutus misionari-misionari untuk menyelenggarakan rumah sakit dan membantu orang miskin. Dan khususnya dua abad terakhir mereka turut menterjemahkan serta menyebarkan Alkitab, sehingga memungkinkan lebih banyak orang mendapat manfaat dari Firman Allah. (2 Timotius 3:16) Namun kita wajib menanya diri: Bagaimana Yehuwa dan Yesus Kristus memandang agama-agama yang berlainan?

    JALAN YANG BENAR—JALAN YANG SEMPIT

    3 Orang yang menganggap semua agama baik, menilai sebagai sikap yang picik untuk percaya bahwa Allah tidak akan menerima kebanyakan orang tidak soal apa agamanya. Tetapi Yesus, yang mengetahui dan mencerminkan cara berpikir Bapanya, memiliki pandangan yang berbeda. (Yohanes 1:18; 8:28, 29) Tak seorang pun dari kita dapat menuduh Putra Allah berpandangan picik. Perhatikan apa yang ia katakan dalam Khotbah di Bukit:

    Jumat, 22 November 2013

    Fakta-Fakta di Balik Natal, Paskah, dan ”Halloween”

     

    ALKITAB memperlihatkan bahwa Yesus berusia 33 1/2 tahun ketika ia dipakukan pada awal musim semi tahun 33 M, pada waktu Paskah Yahudi. Bila dihitung mundur, ini berarti ia dilahirkan pada awal musim gugur.

    Perayaan kafir Romawi yakni Saturnalia, hari ulang tahun dari matahari yang tak tertaklukkan, diadakan kira-kira tiga bulan kemudian. Bagaimana perayaan kelahiran Kristus bisa dimundurkan ke tanggal 25 Desember, untuk secara tidak patut membuatnya bertepatan dengan perayaan kafir yaitu hari ulang tahun matahari?

    Siang hari yang lebih pendek pada bulan Desember menimbulkan kepanikan yang didasarkan takhayul di antara para penyembah matahari, yang takut kalau-kalau dewa mereka akan mati. Mereka menyalakan lilin dan api unggun untuk membantu menghidupkan kembali dewa mereka yang sedang sekarat. Tampaknya ini berhasil. Setelah solstise musim dingin (musim dingin pada waktu matahari berada pada titik terjauh dari khatulistiwa) pada tanggal 21 Desember, dewa matahari tampaknya mendapatkan kembali kekuatannya seraya siang hari semakin bertambah panjang.

    ”Desember merupakan bulan utama dari perayaan kafir, dan 25 Des. merupakan titik puncak pesta pora musim dingin,” kata Church Christmas Tab menjelaskan. ”Beberapa orang percaya bahwa uskup Roma memilih 25 Des. sebagai tanggal kelahiran Kristus guna ’menyucikan’ perayaan kafir. Hasilnya adalah campuran aneh dari perayaan-perayaan kafir dan Kristen yang sekarang disebut oleh dunia sebagai Natal.” Artikel itu mengakui, ”Kata ’Natal’ tidak ada dalam Alkitab. Dan Alkitab tidak memberikan perintah untuk merayakan kelahiran Kristus.”

    Tidak mengherankan, teolog bernama Tertullian mengeluh, ”Oleh kami, yang adalah orang-orang yang tidak kenal akan Sabat, dan perayaan bulan baru serta perayaan Yahudi lainnya, yang pernah diperkenan Allah, Saturnalia [dan perayaan kafir lainnya] sekarang begitu umum, hadiah-hadiah dibawa ke sana kemari, . . . dan olahraga serta perjamuan makan dirayakan dengan riuh.”

    Kamis, 21 November 2013

    Berpautlah pada Ibadat Sejati,natal.


     

    Apa yang Alkitab ajarkan tentang pemujaan patung dan leluhur?

    Apa pandangan orang Kristen mengenai hari raya agama?

    Bagaimana caranya menjelaskan kepercayaan Anda tanpa menyinggung perasaan orang?

    KATAKANLAH Anda baru saja tahu bahwa seluruh lingkungan tempat tinggal Anda telah tercemar. Seseorang diam-diam telah membuang limbah beracun di daerah itu, dan sekarang kehidupan semua orang terancam bahaya. Apa yang akan Anda lakukan? Sebisa mungkin, Anda tentu akan pindah dari sana. Tetapi, setelah itu, Anda masih dihantui pertanyaan penting, ’Apakah saya sudah terkena racun?’

    2 Demikian pula keadaannya dengan agama palsu. Alkitab mengajarkan bahwa agama seperti itu sudah tercemar dengan ajaran dan cara beribadat yang najis. (2 Korintus 6:17) Itulah sebabnya mengapa begitu penting untuk keluar dari ”Babilon Besar”, imperium agama palsu sedunia. (Penyingkapan 18:2, 4) Sudahkah Anda melakukannya? Jika sudah, Anda patut dipuji. Tetapi, ada lagi yang dituntut selain memutuskan hubungan dengan agama palsu. Anda selanjutnya harus bertanya kepada diri sendiri, ’Apakah masih ada sisa-sisa agama palsu yang mencemari diri saya?’ Pertimbangkan beberapa contoh.

    Senin, 18 November 2013

    Pandangan alkitab,mengapa natal bukan perayaan Kristiani ?

     

    ’NATAL dilarang! Siapa pun yang merayakannya atau bahkan tinggal di rumah, tidak bekerja pada hari Natal akan dijatuhi hukuman!’

    Hal yang tampak aneh ini sungguh-sungguh terjadi pada abad ke-17. Orang-orang puritan (salah satu anggota mazhab Gereja Protestan) melarang perayaan itu di Inggris. Apa penyebab pendirian yang demikian tegas untuk menentang Natal? Dan mengapa dewasa ini terdapat jutaan orang yang merasa bahwa Natal bukan bagi umat kristiani?

    Dari Mana Sebenarnya Natal Berasal?

    Anda mungkin terkejut bila mempelajari bahwa Natal tidak diajarkan oleh Kristus Yesus maupun dirayakan olehnya atau para muridnya di abad pertama. Kenyataannya, tidak ada catatan tentang perayaan Natal sampai 300 tahun setelah Kristus wafat.

    Kebanyakan orang yang hidup di zaman itu menyembah matahari, karena mereka merasakan ketergantungan yang kuat pada siklus tahunannya. Berbagai upacara yang terinci menyertai ibadat kepada matahari di Eropa, Mesir, dan Persia. Tema pokok perayaan-perayaan ini adalah kembalinya terang. Matahari, karena tampak lemah selama musim dingin, dimohon untuk kembali dari ’perjalanan jauh’. Perayaan-perayaan itu meliputi pesta pora, makan-makan, dansa-dansi, mendandani rumah dengan aneka lampu dan hiasan serta saling memberi hadiah. Apakah kegiatan-kegiatan ini kelihatannya sudah umum?

    Para penyembah matahari yakin bahwa bagian kayu yang tidak terbakar di antara kayu api unggun memiliki kekuatan magis, bahwa menyalakan api unggun dapat memberi kekuatan kepada dewa matahari dan menghidupkan dia kembali, bahwa rumah yang dihias dengan evergreens (jenis pohon yang terus berdaun dan tetap berwarna hijau sepanjang tahun, seperti cemara, pinus, dan lain-lain) akan mengusir roh-roh jahat, bahwa holly (rangkaian sejenis daun-daunan dengan buah berwarna merah) dipersembahkan sebagai suatu janji kembalinya matahari, dan bahwa ranting pohon mistletoe (sejenis tanaman parasit berbuah putih) dapat membawa keberuntungan apabila dikenakan dengan anggun. Kepada perayaan apakah benda-benda ini dihubungkan dewasa ini?

    Apakah Memberi Hadiah Natal Masuk Akal?

     

    SEBAGIAN BESAR pengeluaran Natal dilakukan karena memberi hadiah pada saat-saat demikian merupakan sesuatu yang dinanti-nantikan sepanjang tahun. Jika seseorang tidak memberi hadiah, ia telah melanggar kebiasaan yang berakar kuat. Namun, ekonom James S. Henry, yang menulis dalam The New Republic, mengritik ”memberi karena terpaksa” demikian sebagai pembunuh-sukacita dan kesia-siaan.

    ”Memberikan hadiah yang tidak cocok bagi penerima merupakan salah satu indikasi kesia-siaan ini,” katanya menjelaskan. ”Menurut pusat-pusat perbelanjaan di New York, setiap tahun sekitar 15 persen dari pembelian eceran secara tunai sewaktu Natal dikembalikan. Dengan memperhitungkan fakta bahwa banyak hadiah yang tidak cocok tetap disimpan . . . , bisa jadi hingga sepertiga dari pembelian tidak memenuhi keinginan para penerimanya.”

    Sebenarnya, apakah masuk akal menabung sepanjang tahun untuk membeli hadiah yang belum tentu dibutuhkan atau diinginkan si penerimanya? Dan apakah masuk akal untuk berupaya mengesankan orang-orang lain dengan hadiah yang mahal?

    ”Salah satu aspek konsumsi pada waktu Natal yang khususnya berbahaya adalah ’memberi secara mencolok’,” demikian pernyataan Henry. ”Hadiah mewah,” katanya, ”tepatnya dirancang untuk orang-orang yang tidak membutuhkan hadiah sama sekali (’orang-orang yang sudah memiliki segala-galanya’). Kebanyakan hadiah yang mahal harganya diberikan pada hari Natal; tiga bulan terakhir dalam satu tahun, menurut sebuah angket pada pusat-pusat perbelanjaan di New York, menghasilkan lebih dari setengah penjualan berlian, arloji, dan mantel bulu sepanjang tahun.”

    Kebenaran tentang Natal

     

    APAKAH Anda memandang penting kebenaran rohani? Jika ya, mungkin Anda pernah mempertanyakan hal-hal ini: (1) Apakah Yesus memang lahir pada tanggal 25 Desember? (2) Siapakah ”orang-orang majus” dan apakah jumlahnya memang tiga orang? (3) ”Bintang” apa yang mengarahkan mereka kepada Yesus? (4) Apa hubungan Sinterklas dengan Yesus dan kelahirannya? (5) Bagaimana pandangan Allah tentang kebiasaan memberi hadiah atau, lebih tepatnya, tukar-menukar hadiah pada waktu Natal?

    Sekarang, mari kita bahas pertanyaan-pertanyaan ini berdasarkan Alkitab dan fakta sejarah.
    (1) Apakah Yesus Lahir pada Tanggal 25 Desember?

    Kebiasaan: Menurut tradisi, kelahiran Yesus terjadi dan dirayakan pada 25 Desember. Ensiklopedi Indonesia menjelaskan bahwa Natal adalah pesta peringatan hari kelahiran Yesus di Betlehem.

    Asal usulnya: ”Proses penetapan tanggal 25 Desember tidak berdasarkan Alkitab,” kata The Christmas Encyclopedia, ”tetapi dari perayaan kafir Romawi yang diadakan pada akhir tahun”, sekitar waktu titik balik matahari pada musim dingin di Belahan Bumi Utara. Salah satunya ialah perayaan Saturnalia, untuk menghormati Saturnus, dewa pertanian, ”dan perayaan gabungan untuk dua dewa matahari, Sol dari Roma dan Mitra dari Persia”, kata ensiklopedia yang sama. Hari lahir kedua dewa itu dirayakan pada tanggal 25 Desember, titik balik matahari pada musim dingin menurut kalender Julius.

    Surga

    Diraibkan



    Definisi: Kepercayaan bahwa orang Kristen yang setia akan diangkat hidup-hidup dari bumi, tiba-tiba diambil dari dunia, untuk dipersatukan dengan Tuan ”di udara”. Istilah ”diraibkan” dimengerti oleh beberapa orang, tetapi tidak semua orang, sebagai makna 1 Tesalonika 4:17. Istilah ”diraibkan” tidak ada dalam Tulisan-Tulisan Kudus yang terilham.

    Ketika rasul Paulus mengatakan bahwa umat Kristen akan ”diangkat” untuk berada bersama-sama dengan Tuan, pokok apa yang sedang dibahas?

    1 Tes. 4:13-18, RS: ”Kami tidak ingin kamu kurang pengetahuan, saudara-saudara, tentang orang-orang yang tidur [”mereka yang tidur dalam kematian”, NE; ”mereka yang meninggal”, TB; BIS], agar kamu tidak berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai harapan. Sebab jika kita beriman bahwa Yesus telah mati dan bangkit kembali, maka melalui Yesus, orang-orang yang telah tidur juga akan dibawa oleh Allah bersama dia. Sebab inilah yang kami beri tahukan kepadamu melalui firman Tuhan, bahwa kita yang hidup, yang masih akan hidup sampai kedatangan Tuhan, tidak akan mendahului mereka yang telah tidur. Karena Tuhan sendiri akan turun dari surga dengan seruan yang kuat, dengan seruan malaikat dan dengan bunyi terompet Allah. Dan mereka yang sudah mati dalam Kristus akan bangkit lebih dahulu; setelah itu kita yang hidup, yang masih tetap hidup, akan diangkat dalam awan-awan bersama mereka untuk menemui Tuhan di udara; dan dengan demikian kita akan selalu bersama Tuhan. Karena itu teruslah hibur satu sama lain dengan kata-kata ini.” (Rupanya, ada anggota-anggota sidang Kristen di Tesalonika yang sudah meninggal. Paulus menganjurkan mereka yang masih hidup untuk saling menghibur dengan harapan kebangkitan. Ia mengingatkan mereka bahwa Yesus dibangkitkan setelah Ia mati; maka demikian juga, pada waktu kedatangan Tuan, umat Kristen yang setia dari antara mereka yang telah meninggal akan dibangkitkan untuk berada bersama-sama Kristus.)

    Diraibkan


    Diraibkan
    Definisi: Kepercayaan bahwa orang Kristen yang setia akan diangkat hidup-hidup dari bumi, tiba-tiba diambil dari dunia, untuk dipersatukan dengan Tuan ”di udara”. Istilah ”diraibkan” dimengerti oleh beberapa orang, tetapi tidak semua orang, sebagai makna 1 Tesalonika 4:17. Istilah ”diraibkan” tidak ada dalam Tulisan-Tulisan Kudus yang terilham.

    Ketika rasul Paulus mengatakan bahwa umat Kristen akan ”diangkat” untuk berada bersama-sama dengan Tuan, pokok apa yang sedang dibahas?

    1 Tes. 4:13-18, RS: ”Kami tidak ingin kamu kurang pengetahuan, saudara-saudara, tentang orang-orang yang tidur [”mereka yang tidur dalam kematian”, NE; ”mereka yang meninggal”, TB; BIS], agar kamu tidak berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai harapan. Sebab jika kita beriman bahwa Yesus telah mati dan bangkit kembali, maka melalui Yesus, orang-orang yang telah tidur juga akan dibawa oleh Allah bersama dia. Sebab inilah yang kami beri tahukan kepadamu melalui firman Tuhan, bahwa kita yang hidup, yang masih akan hidup sampai kedatangan Tuhan, tidak akan mendahului mereka yang telah tidur. Karena Tuhan sendiri akan turun dari surga dengan seruan yang kuat, dengan seruan malaikat dan dengan bunyi terompet Allah. Dan mereka yang sudah mati dalam Kristus akan bangkit lebih dahulu; setelah itu kita yang hidup, yang masih tetap hidup, akan diangkat dalam awan-awan bersama mereka untuk menemui Tuhan di udara; dan dengan demikian kita akan selalu bersama Tuhan. Karena itu teruslah hibur satu sama lain dengan kata-kata ini.” (Rupanya, ada anggota-anggota sidang Kristen di Tesalonika yang sudah meninggal. Paulus menganjurkan mereka yang masih hidup untuk saling menghibur dengan harapan kebangkitan. Ia mengingatkan mereka bahwa Yesus dibangkitkan setelah Ia mati; maka demikian juga, pada waktu kedatangan Tuan, umat Kristen yang setia dari antara mereka yang telah meninggal akan dibangkitkan untuk berada bersama-sama Kristus.)
    Siapakah orang-orang yang akan ’diangkat dalam awan’, seperti dinyatakan di 1 Tesalonika 4:17?
    Ayat 15 menjelaskan bahwa mereka adalah orang-orang yang setia ”yang masih akan hidup sampai kedatangan Tuhan”, yaitu mereka masih hidup pada waktu kedatangan Kristus. Apakah mereka akan pernah mati? Menurut Roma 6:3-5, dan 1 Korintus 15:35, 36, 44 (dikutip di halaman 100), mereka harus mati sebelum mereka dapat memperoleh kehidupan surgawi. Tetapi, mereka tidak perlu tetap tinggal dalam keadaan mati menunggu kembalinya Kristus. Mereka akan ”diangkat” seketika itu juga, ”dalam sekejap mata”, untuk berada bersama dengan Tuan.1 Kor. 15:51, 52; juga Penyingkapan 14:13.

    Apakah Kristus akan muncul secara kelihatan di awan dan mengangkat orang Kristen yang setia ke surga seraya dunia ini memandang mereka?
    Apakah Yesus mengatakan bahwa dunia akan melihat dia lagi dengan mata jasmani mereka?
    Yoh. 14:19, TB: ”Tinggal sesaat lagi dan dunia tidak akan melihat aku lagi, tetapi kamu [murid-muridnya yang setia] melihat aku, sebab aku hidup dan kamupun akan hidup.” (Cetak miring ditambahkan.) (Bandingkan 1 Timotius 6:16.)
    Apa artinya Tuan ”akan turun dari surga”?
    Dapatkah Tuan ”turun dari surga”, seperti dikatakan di 1 Tesalonika 4:16, tanpa terlihat oleh mata jasmani? Pada zaman Sodom dan Gomora dahulu, Yehuwa mengatakan bahwa Ia akan ”turun untuk melihat” apa yang dilakukan orang-orang. (Kej. 18:21, TB) Namun, ketika Yehuwa mengadakan pemeriksaan tersebut, tidak seorang pun melihat Dia, meskipun memang mereka melihat wakil-wakil yang Dia utus, yaitu malaikat-malaikat. (Yoh. 1:18) Demikian pula, tanpa harus kembali dalam tubuh jasmani, Yesus dapat mengalihkan perhatiannya kepada para pengikutnya yang setia di bumi untuk memberi mereka pahala.
    Jadi, dalam arti apa umat manusia akan ”melihat” Tuan ”datang dalam awan”?
    Yesus menubuatkan, ”Kemudian mereka akan melihat Putra manusia [Yesus Kristus] datang dalam awan dengan kuasa dan kemuliaan yang besar.” (Luk. 21:27) Pernyataan ini atau yang serupa dalam ayat-ayat lain sama sekali tidak bertentangan dengan apa yang Yesus katakan seperti dicatat dalam Yohanes 14:19. Pertimbangkan: Di Gunung Sinai, apa yang terjadi ketika Allah ’datang kepada umat itu dalam awan yang tebal’, seperti dinyatakan dalam Keluaran 19:9? (TB) Allah hadir secara tidak kelihatan; orang-orang Israel melihat bukti yang kelihatan dari kehadiran-Nya, tetapi tidak seorang pun dari mereka benar-benar melihat Allah dengan mata mereka. Jadi, demikian pula, ketika Yesus mengatakan bahwa ia akan datang ”dalam awan”, ia pasti memaksudkan bahwa ia tidak terlihat oleh mata manusia tetapi orang-orang sadar bahwa ia hadir. Mereka akan ”melihat” dia dengan mata pikiran mereka, mengerti fakta bahwa ia hadir. (Untuk komentar selanjutnya, lihat judul utama ”Kembalinya Kristus”.)
    Apakah mungkin bagi orang Kristen untuk diangkat ke surga dengan tubuh jasmani mereka?
    1 Kor. 15:50, TB: ”Saudara-saudara, inilah yang hendak kukatakan kepadamu, yaitu bahwa daging dan darah tidak mendapat bagian dalam kerajaan Allah dan bahwa yang binasa tidak mendapat bagian dalam apa yang tidak binasa.”
    Apakah pengalaman nabi Elia bertentangan dengan hal ini? Sama sekali tidak. Hal itu harus dimengerti sambil mengingat pernyataan Yesus yang jelas berabad-abad kemudian, ”Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia.” (Yoh. 3:13, TB) Meskipun Elia terlihat ’naik ke surga dalam angin badai’, tidak berarti bahwa ia pergi ke suatu wilayah roh. Mengapa tidak? Karena belakangan dilaporkan bahwa ia mengirim surat teguran kepada raja Yehuda. (2 Raj. 2:11, TB; 2 Taw. 21:1, 12-15) Sebelum manusia menciptakan pesawat terbang, Yehuwa pada waktu itu menggunakan sarana-Nya sendiri (sebuah kereta berapi dan angin badai) untuk mengangkat Elia dari bumi ke langit tempat burung-burung beterbangan dan memindahkannya ke tempat lain.—Bandingkan Kejadian 1:6-8, 20.

    Apakah orang Kristen yang setia mungkin akan diangkat ke surga secara diam-diam, raib begitu saja dari bumi tanpa harus mati?

    Rm. 6:3-5, TB: ”Tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? . . . Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya.” (Apa yang terjadi pada diri Yesus merupakan suatu pola. Murid-muridnya maupun orang-orang lain tahu bahwa ia sudah mati. Ia baru dipulihkan kepada kehidupan surgawi setelah ia mati dan dibangkitkan.)

    1 Kor. 15:35, 36, 44, TB: ”Mungkin ada orang yang bertanya; ’Bagaimanakah orang mati dibangkitkan? Dan, dengan tubuh apakah mereka akan datang kembali?’ Hai orang bodoh! Apa yang engkau sendiri taburkan, tidak akan tumbuh dan hidup, kalau ia tidak mati dahulu. Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah.” (Jadi sebelum seseorang mendapat tubuh rohani, ia harus mati dahulu, bukan?)

    Apakah semua orang Kristen yang setia akan diambil secara mukjizat dari bumi oleh Tuan sebelum kesengsaraan besar?

    Mat. 24:21, 22: ”Karena kemudian akan ada kesengsaraan besar seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia hingga sekarang, tidak, dan juga tidak akan terjadi lagi. Sebenarnya, jika hari-hari itu tidak dipersingkat, tidak ada orang yang akan diselamatkan; tetapi oleh karena orang-orang pilihan, hari-hari itu akan dipersingkat.” (Di sini tidak dikatakan bahwa semua ’orang pilihan’ akan diambil ke surga sebelum sengsara besar mulai, bukan? Tetapi, hal ini mungkin menunjukkan bahwa beberapa di antara mereka, bersama dengan rekan-rekan mereka secara jasmani, akan selamat melewati kesengsaraan besar di atas bumi.)

    Why. 7:9, 10, 14, TB: ”Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka. Dan dengan suara nyaring mereka berseru: ’Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba!’ ’Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan besar.’ ” (Untuk dapat ”keluar” dari sesuatu, seseorang harus masuk ke dalamnya atau ada di dalamnya. Jadi, kumpulan besar ini haruslah orang-orang yang benar-benar mengalami kesusahan atau kesengsaraan besar dan keluar darinya sebagai orang-orang yang selamat.) (Mengenai keberadaan mereka di bumi, lihat halaman 368.)
    Perlindungan apa akan ada bagi orang-orang Kristen sejati selama kesengsaraan besar?
    Rm. 10:13, TB: ”Barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan [”Yehuwa”, NW], akan diselamatkan.”
    Zef. 2:3, TB: ”Carilah TUHAN [”Yehuwa”, NW], hai semua orang yang rendah hati di negeri, yang melakukan hukum-Nya; carilah keadilan, carilah kerendahan hati; mungkin kamu akan terlindung pada hari kemurkaan TUHAN.” (Juga Yesaya 26:20)

    Apakah semua orang Kristen sejati mungkin akan diangkat ke surga setelah kesengsaraan besar?

    Mat. 5:5, TB: ”Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.”

    Mz. 37:29, TB: ”Orang-orang benar akan mewarisi negeri [”bumi’, RO, NW; ”tanah itu”, TL, BIS] dan tinggal di sana senantiasa.” (Juga ayat 10, 11, 34)

    1 Kor. 15:50, TB: ”Daging dan darah tidak mendapat bagian dalam kerajaan Allah.”

    Lihat juga judul utama ”Surga”.
    Mengapa ada orang Kristen yang dibawa ke surga untuk berada bersama dengan Kristus?
    Why. 20:6, TB: ”Mereka akan menjadi imam-imam Allah dan Kristus, dan mereka akan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Dia, seribu tahun lamanya.” (Karena mereka akan memerintah dengan Kristus, harus ada orang-orang yang mereka perintah. Siapakah itu? Lihat Matius 5:5 dan Mazmur 37:29.)

    Lihat juga judul utama ”Dilahirkan Kembali”.

    Apakah orang-orang yang pergi ke surga kelak akan dikembalikan ke bumi untuk hidup selama-lamanya dalam Firdaus di sini?

    Ams. 2:21, TB: ”Orang jujurlah akan mendiami tanah [”berdiam di bumi”, NW], dan orang yang tak bercelalah yang akan tetap tinggal di situ.” (Perhatikan, ayat ini tidak mengatakan bahwa orang-orang yang jujur akan kembali ke bumi melainkan mereka akan tetap tinggal di situ.)

    1 Tes. 4:17, TB: ”Demikianlah kita [orang-orang Kristen yang diangkat ke surga] akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan.”

    Jumat, 15 November 2013

    Di Manakah Orang Mati?


     

    Bagaimana keadaan kita pada waktu mati?

    Mengapa manusia mati?

    Apakah kita merasa lega sewaktu mengetahui kebenaran tentang kematian?

    ITULAH pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam benak orang-orang selama ribuan tahun. Pertanyaan-pertanyaan itu penting karena jawabannya mempengaruhi kita masing-masing, tidak soal siapa kita atau di mana kita tinggal.

    2 Dalam pasal sebelumnya, kita membahas bagaimana melalui korban tebusan Yesus Kristus, kita dapat memperoleh kehidupan abadi. Kita juga belajar bahwa Alkitab menubuatkan suatu masa ketika ”kematian tidak akan ada lagi”. (Penyingkapan 21:4) Namun, sementara ini, kita semua akan mati. Orang ”yang hidup sadar bahwa mereka akan mati”, kata Raja Salomo yang bijaksana. (Pengkhotbah 9:5) Kita berupaya hidup selama mungkin. Meskipun begitu, kita bertanya-tanya bagaimana keadaan kita sewaktu kita mati.