Minggu, 24 November 2013

Apakah Ada Kebaikan dalam Semua Agama?


 

APABILA agama dibicarakan, banyak orang berkata, ’Semua agama baik,’ atau, ’Semua agama tidak lain dari jalan yang berbeda-beda menuju Allah.’

2 Mudah dimengerti mengapa orang-orang mungkin mendapatkan suatu kebaikan dalam hampir setiap agama, sebab kebanyakan agama menyebut-nyebut tentang kasih dan mengajarkan bahwa membunuh, mencuri dan berdusta tidak dapat dibenarkan. Kelompok-kelompok agama telah mengutus misionari-misionari untuk menyelenggarakan rumah sakit dan membantu orang miskin. Dan khususnya dua abad terakhir mereka turut menterjemahkan serta menyebarkan Alkitab, sehingga memungkinkan lebih banyak orang mendapat manfaat dari Firman Allah. (2 Timotius 3:16) Namun kita wajib menanya diri: Bagaimana Yehuwa dan Yesus Kristus memandang agama-agama yang berlainan?

JALAN YANG BENAR—JALAN YANG SEMPIT

3 Orang yang menganggap semua agama baik, menilai sebagai sikap yang picik untuk percaya bahwa Allah tidak akan menerima kebanyakan orang tidak soal apa agamanya. Tetapi Yesus, yang mengetahui dan mencerminkan cara berpikir Bapanya, memiliki pandangan yang berbeda. (Yohanes 1:18; 8:28, 29) Tak seorang pun dari kita dapat menuduh Putra Allah berpandangan picik. Perhatikan apa yang ia katakan dalam Khotbah di Bukit:

”Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.”—Matius 7:13, 14.

4 Apa yang perlu untuk berada di jalan sempit dan mendapatkan perkenan Allah? Menurut semangat kebebasan modern atau ekumene, ada yang akan menjawab, ’Asal anda berbuat baik dan jangan menyakiti orang lain,’ atau, ’Yang penting terimalah Yesus sebagai Tuhan.’ Tetapi Yesus mengatakan bahwa jauh lebih banyak yang dibutuhkan:

”Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: ’Tuhan, Tuhan!’ akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia YANG MELAKUKAN KEHENDAK BAPAKU yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: ’Tuhan, Tuhan, bukankah kami . . . mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga?’ Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!”—Matius 7:21-23.

5 Memang Yesus menasihatkan agar jangan mengadili kesalahan yang tidak berarti pada diri orang lain. (Matius 7:3-5; Roma 14:1-4) Tetapi mengenai hal-hal penting yang menyangkut agama, ia sendiri memberi contoh betapa perlu berpaut kepada Alkitab, dan melakukan kehendak Bapa. Yesus mengutuk praktek dan ajaran yang bertentangan dengan Firman Allah. Mengapa? Sebab ia tahu bahwa agama digunakan oleh Iblis untuk menjerat orang banyak. (2 Korintus 4:4) Setan bermaksud menjual kepalsuan, tetapi ditawarkan dengan cara yang menarik. (Kejadian 3:4, 5; 1 Timotius 4:1-3) Bahkan di kalangan orang-orang yang mengaku Kristen ada pemimpin-pemimpin agama yang melayani maksud-maksud iblis. (2 Korintus 11:13-15) Ajaran mereka tidak menggambarkan kasih dan cara Yehuwa yang penuh kemurahan. Maka apakah aneh, bahwa Yesus menyingkapkan kepalsuan para pemimpin agama yang ajarannya bertentangan dengan Alkitab?—Matius 15:1-20; 23:1-38.

6 Banyak orang seolah-olah mewarisi agama mereka. Yang lain ikut-ikutan dengan orang banyak. Tetapi walaupun dilakukan dengan ikhlas, ini dapat menyebabkan seseorang berada di ’jalan lebar menuju kebinasaan’. (Yohanes 16:2; Amsal 16:25) Rasul Paulus (juga bernama Saul) dulunya bergairah dalam agamanya bahkan sampai menindas orang Kristen. Tetapi untuk berkenan pada Allah, dia harus berubah kepada suatu cara ibadat yang baru. (1 Timotius 1:12-16; Kisah 8:1-3; 9:1, 2) Belakangan, ia diilhami untuk menulis bahwa beberapa orang yang sangat bergairah dalam agama pada waktu itu ”sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian [pengetahuan] yang benar”. (Roma 10:2) Apakah anda memiliki pengetahuan yang saksama tentang kehendak Allah yang dinyatakan dalam Alkitab? Apakah anda bertindak sesuai dengan pengetahuan sedemikian?

7 Jangan menganggap hal ini sepele, barangkali merasa bahwa jika anda tidak sungguh-sungguh pada jalan yang benar, Allah akan mengerti walaupun anda tidak membuat perubahan. Alkitab menyatakan bahwa Allah menginginkan agar manusia ”memperoleh pengetahuan akan kebenaran”, lalu hidup sesuai dengan itu. (1 Timotius 2:3, 4; Yakobus 4:17) Allah memberitahu sebelumnya bahwa pada ”hari-hari terakhir” banyak orang akan ’menjalankan ibadah, tetapi ibadah itu tidak mempengaruhi diri mereka’. Ia memerintahkan, ”Jauhilah mereka itu.”—2 Timotius 3:1-5.

BAGAIMANA DAPAT DIKENAL?

8 Walaupun ibadat yang menyenangkan Allah harus sesuai dengan ’pengetahuan yang saksama’, terbukti dari penyelidikan bahwa kebanyakan gereja mengajarkan doktrin yang bertentangan dengan Alkitab. (Roma 10:2) Misalnya, doktrin bahwa manusia mempunyai jiwa yang tidak dapat mati. (Yehezkiel 18:4, 20, Klinkert; lihat halaman 115.) ’Apakah ajaran sedemikian sungguh buruk?’ Mungkin ada yang bertanya. Jangan lupa, dusta pertama dari Setan adalah bahwa dosa tidak akan menyebabkan kematian. (Kejadian 3:1-4) Sekarang kematian tak dapat dihindari, namun ajaran bahwa manusia mempunyai jiwa yang tidak dapat mati justru mendukung dusta dari Setan. Akibatnya berjuta-juta orang dengan ketakutan menghadapi roh-roh jahat yang berpura-pura sebagai jiwa dari orang mati. Dan doktrin ini mengaburkan kebenaran Alkitab tentang kebangkitan orang mati di masa depan.—Kisah 24:15.

9 Tingkah laku juga tersangkut, sebab banyak agama menerima atau menganjurkan hari raya dan adat kebiasaan yang didasarkan atas kepercayaan bahwa jiwa tidak dapat mati. Halloween, All Souls’ Day [perayaan agama untuk memperingati ”arwah orang-orang mati” di negeri-negeri Kristen] dan lain-lain termasuk di antaranya, yang bercampur dengan kebiasaan-kebiasaan agama-agama bukan Kristen.

10 Percampuran agama bukan Kristen dan agama yang dianggap Kristen meluas kepada hariraya-hariraya lain, seperti Natal. Allah memerintahkan orang Kristen untuk memperingati kematian Yesus, bukan kelahirannya. (1 Korintus 11:24-26) Dan Alkitab memperlihatkan bahwa Yesus lahir bukan pada bulan Desember, yakni musim hujan yang dingin di Israel. (Lukas 2:8-11) Anda dapat memeriksa hampir setiap ensiklopedia dan menemukan bahwa 25 Desember dipilih oleh karena telah menjadi hari raya Roma. Sir James Frazer mengomentari:

”Secara keseluruhan, persamaan dari [Natal dan Easter] dengan hariraya-hariraya kafir begitu dekat dan begitu banyak sehingga tidak nampak sebagai hal yang kebetulan. . . . Menurut paham [para pendeta], jika Kekristenan akan menaklukkan dunia, ini hanya dapat dilakukan dengan melonggarkan prinsip-prinsip yang terlalu ketat dari Pendirinya, dengan sedikit melebarkan pintu sempit yang menuju keselamatan.”—The Golden Bough.

11 Setelah mempelajari fakta, orang macam apakah yang terus menerima kepercayaan dan kebiasaan yang berdasarkan kompromi dengan ibadat kafir, jika ia ikhlas mencintai Yehuwa? Ajaran atau kebiasaan ini mungkin dianggap sepele oleh beberapa orang. Tetapi Alkitab jelas mengatakan, ”Sedikit ragi mengkhamirkan seluruh adonan.”—Galatia 5:9.

PEPERANGAN DAN MORAL

12 Yesus Kristus memberikan bantuan lain dalam mengenal agama yang diterima oleh Yehuwa ketika ia berkata kepada para muridnya, ”Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-muridKu, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.” (Yohanes 13:34, 35) Kebanyakan gereja berbicara mengenai kasih, tetapi apakah mereka benar-benar menganjurkan orang untuk memperlihatkan jenis kasih seperti yang Yesus miliki?

13 Telah kita pahami bahwa umat Kristen abad pertama hidup selaras dengan uraian nubuat di Yesaya 2:4. Mereka ’akan menempa pedangnya menjadi mata bajak dan tidak lagi mengangkat pedang satu sama lain dan tidak lagi belajar perang’. (Lihat halaman 166, 167.) Bagaimana kedudukan gereja-gereja dan para pendetanya? Banyak orang mengetahui dari pengalaman pribadi bahwa gereja-gereja telah menyetujui dan memberkati peperangan—Katolik membunuh Katolik, Protestan membunuh Protestan. Tentu hal ini tidak mengikuti pola yang Yesus berikan. Menarik, bahwa yang menyetujui pembunuhan Yesus justru para pemimpin agama Yahudi, dengan alasan bahwa kepentingan bangsa mereka terancam.—Yohanes 11:47-50; 15:17-19; 18:36.

14 Sebagai bantuan lebih jauh untuk menentukan apakah suatu kelompok agama diterima oleh Allah, perhatikanlah apakah agama itu menjunjung patokan moralNya dan tidak mengabaikan perbuatan salah. Yesus berusaha membantu para pedosa, termasuk pemabuk dan orang sundal. Para muridnya harus berbuat yang sama. (Matius 9:10-13; 21:31, 32; Lukas 7:36-48; 15:1-32) Dan jika seseorang yang telah menjadi Kristen berbuat dosa, rekan-rekan Kristen dapat membantunya memperoleh kembali perkenan Allah dan kekuatan rohani. (Galatia 6:1; Yakobus 5:13-16) Tetapi bagaimana orang yang mempraktekkan dosa dan tidak bertobat?

15 Halnya demikian dengan seorang pria di Korintus. Paulus menulis:

”Jangan bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah orang cabul, kikir [tamak, NW], penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu; dengan orang yang demikian janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama. . . . ’Usirlah orang yang melakukan kejahatan dari tengah-tengah kamu.’”—1 Korintus 5:11-13.

Saksi-Saksi Yehuwa mengikuti perintah Allah dalam hal ini. Jika pedosa sedemikian tidak menyambut bantuan dan tidak mau meninggalkan jalannya yang imoral, ia harus diusir atau dipecat dari sidang. Barangkali ini akan mengejutkan dia sehingga sadar. Namun, apakah ia sadar atau tidak, tindakan ini akan melindungi anggota-anggota yang jujur dari sidang yang berusaha menjunjung patokan Allah, walaupun mereka tidak sempurna.—1 Korintus 5:1-8; 2 Yohanes 9-11.

16 Tetapi, mungkin anda mengenal pengunjung gereja yang terang-terangan mempraktekkan dosa, barangkali bahkan mendapatkan kehormatan istimewa di gerejanya karena kekayaan atau kedudukan. Dengan menolak perintah Allah untuk memecat para pedosa yang tidak bertobat, gereja-gereja ini membuat orang-orang lain berpikir bahwa mereka pun dapat berbuat dosa. (Pengkhotbah 8:11; 1 Korintus 15:33) Allah tidak dapat menyambut orang-orang yang menghasilkan buah sedemikian.—Matius 7:15-20; Wahyu 18:4-8.

TETAP DI JALAN MENUJU KEHIDUPAN

17 Sekali anda menemukan ”jalan menuju kepada kehidupan”, anda perlu terus belajar Alkitab supaya tetap berada di jalan itu. Berusahalah membaca Alkitab setiap hari; binalah kerinduan kepada Alkitab. (1 Petrus 2:2, 3; Matius 4:4) Ini akan melengkapi anda untuk melakukan ”setiap perbuatan baik”.—2 Timotius 3:16, 17.

18 Perbuatan-perbuatan baik ini mencakup cara hidup berdasarkan patokan moral Allah, dan juga sikap ramah dan suka membantu orang lain, terutama mereka yang seiman dengan kita. (Yakobus 1:27; Galatia 6:9, 10) Demikianlah cara hidup Yesus. Selain memberikan teladan moral yang baik, ia menyembuhkan orang sakit, memberi makan yang lapar dan menghibur orang yang bersusah hati. Ia terutama mengajar dan menguatkan para muridnya. Kita tidak dapat meniru mujizat-mujizatnya, namun, sesuai dengan kesanggupan kita, bantuan praktis kepada orang lain dapat kita berikan, sehingga beberapa orang mungkin akan tergugah untuk memuliakan Allah—1 Petrus 2:12.

19 Tetapi perbuatan baik dari Yesus lebih dari itu. Ia tahu, pekerjaan terbaik untuk dilakukan kepada orang lain adalah membantu mereka mengenal ibadat yang diterima Allah dan mengajar mereka maksud-maksud Kerajaan Allah. Dengan demikian mereka dapat dibantu untuk meraih tujuan, hidup kekal dalam kebahagiaan.—Lukas 4:18-21.

20 Orang-orang Kristen dewasa ini juga hendaknya berusaha menjadi saksi-saksi bagi Yehuwa. Mereka dapat memberi kesaksian melalui tingkah laku yang baik, menolong orang lain dan menjaga diri ”tidak dicemarkan oleh dunia”. (Yesaya 43:10-12; Yakobus 1:27; Titus 2:14) Juga, mereka dapat membawa ’kabar baik’ ke rumah orang-orang, dan bertekun melakukan pekerjaan ini sampai Allah mengatakan cukup. (Lukas 10:1-9) Apakah anda tidak ingin membantu tetangga, termasuk keluarga anda, untuk mengenal ibadat yang Yehuwa terima? Jika anda ingin, anda juga hendaknya turut menyatakan iman anda di hadapan umum; dengan demikian orang lain dapat dibantu menemukan jalan menuju kehidupan—Roma 10:10-15.

[Pokok Pembahasan]

Mengapa kita patut mempertimbangkan apakah ada kebaikan dalam semua agama? (1, 2)

Bagaimana Yesus memandang agama, dan mengapa? (3-5)

Mengapa pengetahuan yang saksama penting bagi kita? (6, 7)

Bagaimana beberapa ajaran dan kebiasaan umum bertentangan dengan Alkitab? (8-11)

Sehubungan dengan peperangan, bagaimana gereja-gereja dibandingkan dengan Kekristenan sejati? (12, 13)

Kekristenan sejati mengambil sikap apa sehubungan dengan mempertahankan patokan moral Allah? (14-16)

Bagaimana anda dapat tetap berada di jalan yang menuju kehidupan? (17, 18)

Pekerjaan tambahan apa yang sangat penting bagi orang Kristen? (19, 20)

[Kotak di hlm. 173]

”NILAI-NILAI DAN KEKERASAN DI AUSCHWITZ”

  Dalam bukunya dengan judul di atas, sosiolog Polandia Anna Pawelczynska mengomentari bahwa di Jerman Nazi ”Saksi-Saksi Yehuwa melancarkan penolakan pasif demi kepercayaan mereka, yang menentang segala peperangan dan kekerasan”. Apa hasilnya? Ia menjelaskan:

  ”Kelompok tahanan yang jumlahnya kecil ini merupakan kekuatan ideologi yang kokoh dan mereka memenangkan perang melawan tentara Nazi. Kelompok Jerman dari sekte ini telah menjadi sebuah pulau kecil dengan daya tolak yang tidak pernah kendor di pangkuan sebuah bangsa yang kena teror, dan dengan semangat yang tidak putus asa ini mereka berfungsi dalam kamp di Auschwitz. Mereka memenangkan respek dari sesama tahanan . . . respek dari para petugas penjara dan bahkan dari para perwira SS. Setiap orang tahu bahwa tak seorang pun Saksi Yehuwa mau melakukan perintah yang bertentangan dengan kepercayaan agamanya.”

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar