Jumat, 15 November 2013

Di Manakah Orang Mati?


 

Bagaimana keadaan kita pada waktu mati?

Mengapa manusia mati?

Apakah kita merasa lega sewaktu mengetahui kebenaran tentang kematian?

ITULAH pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam benak orang-orang selama ribuan tahun. Pertanyaan-pertanyaan itu penting karena jawabannya mempengaruhi kita masing-masing, tidak soal siapa kita atau di mana kita tinggal.

2 Dalam pasal sebelumnya, kita membahas bagaimana melalui korban tebusan Yesus Kristus, kita dapat memperoleh kehidupan abadi. Kita juga belajar bahwa Alkitab menubuatkan suatu masa ketika ”kematian tidak akan ada lagi”. (Penyingkapan 21:4) Namun, sementara ini, kita semua akan mati. Orang ”yang hidup sadar bahwa mereka akan mati”, kata Raja Salomo yang bijaksana. (Pengkhotbah 9:5) Kita berupaya hidup selama mungkin. Meskipun begitu, kita bertanya-tanya bagaimana keadaan kita sewaktu kita mati.

3 Sewaktu orang yang kita cintai meninggal, kita berduka. Kita mungkin bertanya: ’Bagaimana keadaan dia? Apakah dia menderita? Apakah dia sedang mengamati kita? Dapatkah kita membantunya? Dapatkah kita bertemu lagi dengannya?’ Agama-agama di dunia ini memberikan jawaban yang berbeda-beda. Ada yang mengajarkan bahwa jika Anda banyak berbuat baik, Anda akan pergi ke surga, tetapi jika Anda banyak berbuat jahat, Anda akan dibakar di tempat siksaan. Agama lain mengajarkan bahwa pada waktu mati, seseorang pergi ke alam roh untuk berkumpul dengan leluhur mereka. Agama lain lagi mengajarkan bahwa orang mati pergi ke alam baka untuk dihakimi dan kemudian direinkarnasi, atau dilahirkan kembali dalam tubuh lain.

4 Semua agama tersebut mengajarkan satu gagasan mendasar yang sama, yaitu bahwa ada suatu bagian dari diri kita yang masih hidup setelah tubuh jasmani kita mati. Hampir setiap agama, yang dianut pada zaman dahulu dan sekarang, mengajarkan bahwa kita tetap hidup untuk selama-lamanya dan masih dapat melihat, mendengar, dan berpikir. Namun, bagaimana mungkin? Indra-indra kita, serta pikiran kita, semuanya berhubungan dengan daya kerja otak. Pada waktu kita mati, otak kita tidak bekerja lagi. Daya ingat, perasaan, dan indra-indra kita tidak terus berfungsi secara misterius tanpa otak. Semuanya berhenti bekerja setelah otak kita hancur.

BAGAIMANA SEBENARNYA KEADAAN ORANG MATI?

5 Keadaan orang mati bukan misteri bagi Yehuwa, sang Pencipta otak. Ia mengetahui kebenarannya, dan dalam Firman-Nya, Alkitab, Ia menjelaskan bagaimana keadaan mereka. Alkitab dengan jelas mengajarkan: Sewaktu seseorang mati, ia tidak ada lagi. Kematian adalah kebalikan dari kehidupan. Orang mati tidak dapat melihat atau mendengar atau berpikir. Tidak ada satu bagian pun dari diri kita yang tetap hidup setelah tubuh kita mati. Kita tidak mempunyai jiwa atau roh yang tidak berkematian.

6 Setelah Salomo menyatakan bahwa orang yang hidup tahu bahwa mereka akan mati, ia menulis, ”Tetapi orang mati, mereka sama sekali tidak sadar akan apa pun.” Lalu, ia menguraikan kebenaran yang mendasar itu dengan mengatakan bahwa orang mati tidak dapat mengasihi atau membenci dan bahwa ”tidak ada pekerjaan atau rancangan atau pengetahuan atau hikmat di [kuburan]”. (Pengkhotbah 9:5, 6, 10) Demikian pula, Mazmur 146:4 mengatakan bahwa pada waktu seseorang mati, ”lenyaplah segala pikirannya”. Manusia itu fana, atau berkematian, dan tidak terus hidup setelah tubuh mati. Hidup kita bagaikan api pada sebatang lilin. Sewaktu dipadamkan, apinya tidak pergi ke mana-mana. Api itu tidak ada lagi.

APA YANG YESUS KATAKAN TENTANG KEMATIAN

7 Yesus Kristus menggambarkan keadaan orang mati. Ketika Lazarus, teman baiknya, meninggal, Yesus memberi tahu murid-muridnya, ”Lazarus, sahabat kita, telah pergi beristirahat.” Murid-murid mengira bahwa Yesus memaksudkan Lazarus sedang beristirahat, atau tidur, agar ia dapat sembuh. Tetapi, mereka keliru. Yesus menjelaskan, ”Lazarus telah mati.” (Yohanes 11:11-14) Perhatikan bahwa Yesus menyamakan kematian dengan istirahat dan tidur. Lazarus tidak berada di surga ataupun di neraka yang menyala-nyala. Ia tidak sedang bersama para malaikat atau leluhurnya. Lazarus tidak dilahirkan kembali sebagai manusia lain. Ia sedang beristirahat dalam kematian, seolah-olah tidur nyenyak tanpa bermimpi. Ayat-ayat lain juga menyamakan kematian dengan tidur. Misalnya, setelah Stefanus, murid Yesus, dilempari batu sampai mati, Alkitab mengatakan bahwa ia ”tidur”. (Kisah 7:60) Demikian pula, rasul Paulus menulis tentang beberapa orang pada zamannya yang telah ”tidur” dalam kematian.—1 Korintus 15:6.

8 Apakah Allah sejak semula menetapkan agar manusia mati? Sama sekali tidak! Yehuwa menciptakan manusia untuk hidup selama-lamanya di bumi. Seperti yang telah kita pelajari sebelumnya di buku ini, Allah menempatkan pasangan manusia pertama di suatu firdaus yang menyenangkan. Ia mengaruniai mereka kesehatan yang sempurna. Yehuwa hanya menginginkan apa yang baik bagi mereka. Adakah orang tua pengasih yang ingin anak-anaknya mengalami derita usia tua dan kematian? Tentu tidak! Yehuwa mengasihi anak-anak-Nya dan ingin mereka menikmati kebahagiaan yang tiada akhirnya di bumi. Mengenai manusia, Alkitab mengatakan, ”[Yehuwa] menaruh waktu yang tidak tertentu dalam hati mereka.” (Pengkhotbah 3:11) Allah menciptakan kita dengan keinginan untuk hidup selama-lamanya. Dan, Ia telah mengatur agar keinginan itu dipenuhi.

MENGAPA MANUSIA MATI

9 Kalau begitu, mengapa manusia mati? Untuk mendapatkan jawabannya, kita harus membahas apa yang terjadi ketika baru ada satu pria dan satu wanita di bumi. Alkitab menjelaskan, ”Allah Yehuwa menumbuhkan dari tanah segala pohon yang menarik untuk dilihat dan baik untuk dimakan.” (Kejadian 2:9) Tetapi, ada satu larangan. Yehuwa memberi tahu Adam, ”Setiap pohon di taman ini boleh kaumakan buahnya sampai puas. Tetapi mengenai pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, engkau tidak boleh memakan buahnya, karena pada hari engkau memakannya, engkau pasti akan mati.” (Kejadian 2:16, 17) Perintah ini tidak sulit ditaati. Ada banyak pohon lain yang buahnya dapat dimakan oleh Adam dan Hawa. Tetapi melalui perintah itu, mereka mendapat kesempatan istimewa untuk menunjukkan rasa terima kasih kepada Pribadi yang telah memberi mereka segala-galanya, termasuk kehidupan yang sempurna. Jika mereka menaati perintah itu, mereka juga akan menunjukkan bahwa mereka menghormati wewenang Bapak surgawi mereka dan bahwa mereka ingin mendapat bimbingan-Nya yang pengasih.

10 Sayangnya, pasangan manusia pertama memilih untuk tidak menaati Yehuwa. Melalui seekor ular, Setan bertanya kepada Hawa, ”Apakah memang benar bahwa Allah mengatakan kamu tidak boleh memakan buah dari setiap pohon di taman ini?” Hawa menjawab, ”Buah dari pohon-pohon di taman ini boleh kami makan. Tetapi mengenai makan buah dari pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah telah berfirman, ’Kamu tidak boleh memakan buahnya, tidak, kamu tidak boleh menyentuhnya agar kamu tidak mati.’”—Kejadian 3:1-3.

11 ”Kamu pasti tidak akan mati,” kata Setan. ”Allah tahu bahwa pada hari kamu memakannya, matamu tentu akan terbuka dan kamu tentu akan menjadi seperti Allah, mengetahui yang baik dan yang jahat.” (Kejadian 3:4, 5) Setan ingin Hawa percaya bahwa jika ia makan buah terlarang, ia akan mendapat manfaat. Menurut Setan, Hawa dapat memutuskan sendiri apa yang benar dan salah serta dapat melakukan apa yang ia inginkan. Setan juga menuduh Yehuwa berdusta sewaktu mengatakan bahwa Hawa akan mati jika ia makan buah itu. Hawa mempercayai Setan. Maka, ia memetik buah itu dan memakannya. Lalu, ia memberikan sebagian kepada suaminya, yang kemudian ikut memakan buah itu. Mereka melakukannya bukan karena tidak tahu. Mereka tahu bahwa mereka justru melakukan apa yang Allah larang. Dengan memakan buah itu, mereka sengaja tidak menaati suatu perintah yang sederhana dan masuk akal. Mereka tidak menghargai Bapak surgawi mereka dan wewenang-Nya. Sikap tidak hormat tersebut kepada Pencipta mereka yang pengasih tidak dapat dimaafkan!

12 Sebagai gambaran: Bagaimana perasaan Anda jika anak yang telah Anda besarkan dan sayangi tidak menaati Anda melalui tindakan yang menunjukkan bahwa ia tidak menghormati atau mengasihi Anda? Anda tentu merasa sangat sakit hati. Maka, bayangkan, betapa pedihnya hati Yehuwa sewaktu Adam maupun Hawa memilih untuk menentang Dia.

13 Tidak ada alasan bagi Yehuwa untuk membiarkan Adam dan Hawa yang tidak taat itu hidup selama-lamanya. Mereka mati, tepat seperti yang telah Ia firmankan. Adam dan Hawa tidak ada lagi. Mereka tidak pindah ke alam roh. Kita mengetahui hal ini dari apa yang Yehuwa katakan kepada Adam setelah Ia memintanya untuk mempertanggungjawabkan ketidaktaatannya. Allah berfirman, ”Engkau [akan] kembali ke tanah, karena dari situ engkau diambil. Karena engkau debu dan engkau akan kembali ke debu.” (Kejadian 3:19) Allah menciptakan Adam dari debu tanah. (Kejadian 2:7) Sebelum itu, Adam tidak ada. Maka, ketika Yehuwa berfirman bahwa Adam akan kembali ke debu, Ia memaksudkan bahwa Adam akan kembali ke ketiadaan. Adam akan menjadi tidak bernyawa seperti asalnya, yaitu debu.

14 Adam dan Hawa sebenarnya bisa terus hidup sampai sekarang, tetapi mereka mati karena mereka memilih untuk tidak menaati Allah dan dengan demikian berbuat dosa. Jadi, kita mati karena Adam mewariskan dosa maupun kematian kepada semua keturunannya. (Roma 5:12) Dosa itu bagaikan penyakit turunan yang mengerikan. Siapa pun tidak dapat luput darinya. Akibat dosa, yaitu kematian, adalah suatu kutukan. Kematian adalah musuh, bukan teman. (1 Korintus 15:26) Alangkah bersyukurnya kita bahwa Yehuwa menyediakan tebusan untuk menyelamatkan kita dari musuh yang mengerikan ini!

MENGETAHUI KEBENARAN TENTANG KEMATIAN ITU BERMANFAAT

15 Apa yang Alkitab ajarkan tentang keadaan orang mati sungguh melegakan. Seperti yang telah kita pelajari, orang mati tidak merasa sakit atau sedih. Kita tidak perlu takut kepada mereka, sebab mereka tidak dapat mencelakai kita. Mereka tidak membutuhkan bantuan kita, dan mereka tidak dapat membantu kita. Kita tidak dapat berbicara kepada mereka, dan mereka tidak dapat berbicara kepada kita. Banyak pemimpin agama berdusta dengan mengaku bahwa mereka dapat membantu orang yang sudah mati, dan orang-orang yang mempercayainya memberi mereka uang. Tetapi karena mengetahui kebenaran, kita dilindungi sehingga tidak tertipu oleh para pemimpin agama itu.

16 Bagaimana dengan agama Anda? Apakah ajarannya tentang orang mati selaras dengan Alkitab? Ajaran kebanyakan agama tidak selaras dengan Alkitab. Mengapa? Karena ajaran mereka telah dipengaruhi oleh Setan. Ia menggunakan agama palsu untuk membuat orang percaya bahwa setelah tubuh mati, manusia masih hidup di alam roh. Itulah dusta yang Setan gabungkan dengan dusta lain untuk memalingkan orang dari Allah Yehuwa. Dusta apakah itu?

17 Seperti yang kita lihat sebelumnya, beberapa agama mengajarkan bahwa jika seseorang banyak berbuat jahat selama hidupnya, sewaktu mati ia akan pergi ke sebuah tempat siksaan yang menyala-nyala dan menderita untuk selama-lamanya. Ajaran ini merusak nama baik Allah. Yehuwa adalah Allah yang pengasih dan tidak pernah membuat orang menderita seperti itu. (1 Yohanes 4:8) Bagaimana perasaan Anda terhadap orang yang menghukum anak yang bandel dengan menaruh tangannya dalam api? Apakah Anda akan menghargai orang seperti itu? Apakah Anda ingin berkenalan dengan dia? Tentu tidak! Anda pasti menganggapnya sangat kejam. Ya, Setan ingin agar kita percaya bahwa Yehuwa menyiksa orang dalam api selama jutaan tahun, bahkan selama-lamanya!

18 Setan juga menggunakan beberapa agama untuk mengajarkan bahwa orang mati menjadi roh yang harus dihormati oleh orang yang hidup. Menurut ajaran itu, roh orang mati dapat menjadi sahabat yang kuat atau menjadi musuh yang menakutkan. Banyak orang mempercayai dusta itu. Mereka takut kepada orang mati dan menghormati serta menyembahnya. Sebaliknya, Alkitab mengajarkan bahwa orang mati itu seperti orang tidur dan bahwa kita hanya boleh menyembah Allah yang benar, Yehuwa, Pencipta dan Penyedia segala kebutuhan kita.—Penyingkapan 4:11.

19 Dengan mengetahui kebenaran tentang orang mati, Anda tidak akan disesatkan oleh dusta agama. Hal itu juga membantu Anda memahami ajaran-ajaran Alkitab lainnya. Misalnya, sewaktu Anda tahu bahwa orang mati tidak pindah ke alam roh, janji kehidupan abadi dalam Firdaus di bumi akan lebih nyata bagi Anda.

20 Lama berselang, Ayub, pria yang adil-benar, mengajukan pertanyaan ini, ”Jika laki-laki mati dapatkah ia hidup lagi?” (Ayub 14:14) Dapatkah orang yang tak bernyawa yang tidur dalam kematian dihidupkan kembali? Apa yang Alkitab ajarkan tentang hal ini sangat menghibur, sebagaimana akan diperlihatkan dalam pasal berikutnya.

[Catatan Kaki]

Untuk pembahasan tentang kata ”jiwa” dan ”roh”, silakan lihat Apendiks, halaman 208-11.

APA YANG ALKITAB AJARKAN

▪ Orang mati tidak dapat melihat atau mendengar atau berpikir.—Pengkhotbah 9:5.

▪ Orang mati sedang beristirahat; mereka tidak menderita.—Yohanes 11:11.

▪ Manusia mati karena mewarisi dosa dari Adam.—Roma 5:12.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar