Minggu, 24 November 2013

Asal usul Natal zaman modern.

Asal Usul Natal Zaman Modern

BAGI jutaan orang di seluruh dunia, Natal adalah saat yang penuh sukacita dalam setahun. Inilah wa  modern.ktunya untuk makan-makan, menjalankan tradisi turun-temurun, dan menikmati kebersamaan dalam keluarga. Hari Natal adalah juga kesempatan bagi sahabat dan sanak saudara untuk bertukar kartu dan hadiah.

Akan tetapi, 150 tahun yang lalu, Natal sebenarnya merupakan hari raya yang sangat berbeda. Dalam bukunya, The Battle for Christmas, profesor sejarah Stephen Nissenbaum menulis, ”Natal . . . adalah saat untuk bermabuk-mabukan karena aturan-aturan yang menuntun perilaku manusia dalam masyarakat untuk sementara diabaikan demi ’karnaval’, semacam Mardi Gras di bulan Desember.”

Bagi orang yang sangat menghormati Natal, gambaran ini mungkin mengganggu perasaannya. Mengapa orang-orang sampai hati menodai hari raya yang bertujuan memperingati kelahiran Putra Allah? Jawabannya mungkin mengejutkan saudara.

Dasar yang Keliru

Sejak kemunculannya pada abad keempat, Natal telah diliputi oleh berbagai kontroversi. Misalnya, timbul pertanyaan tentang hari kelahiran Yesus. Karena Alkitab tidak memerinci hari maupun bulan kelahiran Yesus, berbagai tanggal telah diajukan. Pada abad ketiga, sekelompok teolog Mesir menetapkan tanggal 20 Mei sebagai hari kelahiran Yesus, sedangkan para teolog lainnya lebih menyukai tanggal-tanggal yang lebih awal, seperti tanggal 28 Maret, 2 April, atau 19 April. Menjelang abad ke-18, kelahiran Yesus dikaitkan dengan setiap bulan dalam setahun! Kalau begitu, bagaimana tanggal 25 Desember yang akhirnya terpilih?

Hari-Hari Raya


 

Definisi: Hari-hari yang biasanya ditandai dengan libur dari pekerjaan sekuler dan sekolah guna merayakan suatu peristiwa. Hari-hari tersebut bisa juga berupa kesempatan untuk pesta-pesta keluarga atau masyarakat. Orang-orang yang ambil bagian di dalamnya dapat menganggapnya bersifat agama atau sebagian besar bersifat ramah-tamah atau duniawi.

Apakah Hari Natal perayaan yang didasarkan atas Alkitab?

Tanggal Perayaan

Cyclopœdia karya M’Clintock dan Strong mengatakan, ”Perayaan Hari Natal bukan suatu ketetapan ilahi, juga tidak berasal dari P[erjanjian] B[aru]. Hari kelahiran Kristus tidak dapat dipastikan dari P[erjanjian] B[aru], atau, malah, dari sumber lain mana pun.”—(New York, 1871), Jil. II, hlm. 276.

Luk. 2:8-11 menunjukkan bahwa gembala-gembala berada di padang pada malam hari sewaktu Yesus dilahirkan. Buku Daily Life in the Time of Jesus menyatakan, ”Kawanan ternak . . . melewati musim dingin di dalam kandang; dan dari sini saja nyata bahwa tanggal tradisional untuk Hari Natal, yaitu pada musim dingin, tidak mungkin benar, karena Injil mengatakan bahwa gembala-gembala berada di padang.”—(New York, 1962), Henri Daniel-Rops, hlm. 228.

Natal dilarang

Pandangan Alkitab

Apa yang Seharusnya Anda Ketahui tentang Natal

JUTAAN orang seluas dunia sedang bersiap-siap menikmati musim Natal tahun 2002. Barangkali Anda termasuk di antaranya. Di pihak lain, barangkali bukan kebiasaan Anda untuk ikut dalam aspek religius perayaan yang populer ini. Apa pun halnya, kemungkinan besar Anda tidak dapat menghindari pengaruh suasana Natal. Hal itu merambah ke dalam dunia perdagangan dan hiburan, bahkan di negeri-negeri non-Kristen.

Apa yang Anda ketahui tentang Natal? Apakah perayaan hari kelahiran Kristus didukung oleh Alkitab? Apa latar belakang perayaan populer yang dirayakan setiap tanggal 25 Desember ini?

Natal Dilarang

Jika Anda menyempatkan diri untuk meriset topik ini, Anda akan mendapati bahwa Natal tidak berasal dari Kekristenan sejati. Banyak pakar Alkitab dari berbagai denominasi agama mengakui hal ini. Dengan mengetahui hal ini, Anda pasti tidak heran bahwa di Inggris, pada tahun 1647, Parlemen Cromwell menetapkan Natal sebagai hari penyesalan dosa dan kemudian melarangnya dengan tegas pada tahun 1652. Parlemen sengaja mengadakan rapat pada tanggal 25 Desember setiap tahun, dari tahun 1644 sampai 1656. Menurut sejarawan Penne L. Restad, ”rohaniwan yang memberitakan Natal berisiko dipenjara. Pengurus gereja Anglikan dapat dikenai denda karena mendekorasi gereja mereka. Menurut hukum, toko-toko tetap buka pada hari Natal, seolah-olah itu adalah hari kerja biasa”. Mengapa diambil langkah seekstrem itu? Para reformis Puritan percaya bahwa gereja tidak boleh menciptakan tradisi yang tidak tercantum dalam Alkitab. Dengan giat mereka memberitakan dan membagikan publikasi yang mengecam perayaan Natal.

Pandangan Alakitab tentang kapan Yesus lahir.

 

”TANGGAL persisnya kelahiran Kristus tidak diketahui,” kata Encyclopedia of Early Christianity. Meskipun demikian, jutaan orang yang mengaku Kristen di seluruh dunia merayakan kelahiran Yesus pada tanggal 25 Desember. Tetapi, tanggal ini tidak ada dalam Alkitab. Apakah Yesus memang lahir pada bulan Desember?

Walaupun tidak memberitahukan tanggal spesifik kelahiran Yesus, Alkitab memberikan bukti bahwa ia tidak lahir pada bulan Desember. Selain itu, dari bukti sekuler kita bisa tahu mengapa 25 Desember diterima sebagai tanggal untuk merayakan kelahirannya.

Mengapa Bukan pada Bulan Desember?

Yesus lahir di kota Betlehem di Yudea. Injil Lukas melaporkan, ”Di daerah yang sama itu juga ada gembala-gembala yang tinggal di tempat terbuka dan sedang menjalankan giliran jaga atas kawanan mereka pada waktu malam.” (Lukas 2:4-8) Ini bukan hal yang tidak lazim. ”Kawanan ternak harus menghabiskan sebagian besar waktu sepanjang tahun di udara terbuka,” kata buku Daily Life in the Time of Jesus. Tetapi, apakah para gembala akan berada di luar bersama kawanan ternak mereka pada malam yang dingin di bulan Desember? Buku itu mengatakan, ”Mereka melewatkan musim dingin dalam penaungan; dan dari sini saja jelas bahwa tanggal yang biasa untuk Natal, pada musim dingin, tidak mungkin benar, karena Injil mengatakan bahwa para gembala berada di padang.”

Kesimpulan ini meneguhkan perincian lainnya dalam catatan Injil Lukas, ”Pada masa itu sebuah ketetapan dari Kaisar Agustus dikeluarkan agar seluruh bumi yang berpenduduk didaftar; (pendaftaran pertama ini terjadi sewaktu Kuirinius menjadi gubernur Siria;) dan semua orang mengadakan perjalanan untuk mendaftarkan diri, masing-masing ke kotanya sendiri.”—Lukas 2:1-3.

Apakah Ada Kebaikan dalam Semua Agama?


 

APABILA agama dibicarakan, banyak orang berkata, ’Semua agama baik,’ atau, ’Semua agama tidak lain dari jalan yang berbeda-beda menuju Allah.’

2 Mudah dimengerti mengapa orang-orang mungkin mendapatkan suatu kebaikan dalam hampir setiap agama, sebab kebanyakan agama menyebut-nyebut tentang kasih dan mengajarkan bahwa membunuh, mencuri dan berdusta tidak dapat dibenarkan. Kelompok-kelompok agama telah mengutus misionari-misionari untuk menyelenggarakan rumah sakit dan membantu orang miskin. Dan khususnya dua abad terakhir mereka turut menterjemahkan serta menyebarkan Alkitab, sehingga memungkinkan lebih banyak orang mendapat manfaat dari Firman Allah. (2 Timotius 3:16) Namun kita wajib menanya diri: Bagaimana Yehuwa dan Yesus Kristus memandang agama-agama yang berlainan?

JALAN YANG BENAR—JALAN YANG SEMPIT

3 Orang yang menganggap semua agama baik, menilai sebagai sikap yang picik untuk percaya bahwa Allah tidak akan menerima kebanyakan orang tidak soal apa agamanya. Tetapi Yesus, yang mengetahui dan mencerminkan cara berpikir Bapanya, memiliki pandangan yang berbeda. (Yohanes 1:18; 8:28, 29) Tak seorang pun dari kita dapat menuduh Putra Allah berpandangan picik. Perhatikan apa yang ia katakan dalam Khotbah di Bukit:

Jumat, 22 November 2013

Fakta-Fakta di Balik Natal, Paskah, dan ”Halloween”

 

ALKITAB memperlihatkan bahwa Yesus berusia 33 1/2 tahun ketika ia dipakukan pada awal musim semi tahun 33 M, pada waktu Paskah Yahudi. Bila dihitung mundur, ini berarti ia dilahirkan pada awal musim gugur.

Perayaan kafir Romawi yakni Saturnalia, hari ulang tahun dari matahari yang tak tertaklukkan, diadakan kira-kira tiga bulan kemudian. Bagaimana perayaan kelahiran Kristus bisa dimundurkan ke tanggal 25 Desember, untuk secara tidak patut membuatnya bertepatan dengan perayaan kafir yaitu hari ulang tahun matahari?

Siang hari yang lebih pendek pada bulan Desember menimbulkan kepanikan yang didasarkan takhayul di antara para penyembah matahari, yang takut kalau-kalau dewa mereka akan mati. Mereka menyalakan lilin dan api unggun untuk membantu menghidupkan kembali dewa mereka yang sedang sekarat. Tampaknya ini berhasil. Setelah solstise musim dingin (musim dingin pada waktu matahari berada pada titik terjauh dari khatulistiwa) pada tanggal 21 Desember, dewa matahari tampaknya mendapatkan kembali kekuatannya seraya siang hari semakin bertambah panjang.

”Desember merupakan bulan utama dari perayaan kafir, dan 25 Des. merupakan titik puncak pesta pora musim dingin,” kata Church Christmas Tab menjelaskan. ”Beberapa orang percaya bahwa uskup Roma memilih 25 Des. sebagai tanggal kelahiran Kristus guna ’menyucikan’ perayaan kafir. Hasilnya adalah campuran aneh dari perayaan-perayaan kafir dan Kristen yang sekarang disebut oleh dunia sebagai Natal.” Artikel itu mengakui, ”Kata ’Natal’ tidak ada dalam Alkitab. Dan Alkitab tidak memberikan perintah untuk merayakan kelahiran Kristus.”

Tidak mengherankan, teolog bernama Tertullian mengeluh, ”Oleh kami, yang adalah orang-orang yang tidak kenal akan Sabat, dan perayaan bulan baru serta perayaan Yahudi lainnya, yang pernah diperkenan Allah, Saturnalia [dan perayaan kafir lainnya] sekarang begitu umum, hadiah-hadiah dibawa ke sana kemari, . . . dan olahraga serta perjamuan makan dirayakan dengan riuh.”

Kamis, 21 November 2013

Berpautlah pada Ibadat Sejati,natal.


 

Apa yang Alkitab ajarkan tentang pemujaan patung dan leluhur?

Apa pandangan orang Kristen mengenai hari raya agama?

Bagaimana caranya menjelaskan kepercayaan Anda tanpa menyinggung perasaan orang?

KATAKANLAH Anda baru saja tahu bahwa seluruh lingkungan tempat tinggal Anda telah tercemar. Seseorang diam-diam telah membuang limbah beracun di daerah itu, dan sekarang kehidupan semua orang terancam bahaya. Apa yang akan Anda lakukan? Sebisa mungkin, Anda tentu akan pindah dari sana. Tetapi, setelah itu, Anda masih dihantui pertanyaan penting, ’Apakah saya sudah terkena racun?’

2 Demikian pula keadaannya dengan agama palsu. Alkitab mengajarkan bahwa agama seperti itu sudah tercemar dengan ajaran dan cara beribadat yang najis. (2 Korintus 6:17) Itulah sebabnya mengapa begitu penting untuk keluar dari ”Babilon Besar”, imperium agama palsu sedunia. (Penyingkapan 18:2, 4) Sudahkah Anda melakukannya? Jika sudah, Anda patut dipuji. Tetapi, ada lagi yang dituntut selain memutuskan hubungan dengan agama palsu. Anda selanjutnya harus bertanya kepada diri sendiri, ’Apakah masih ada sisa-sisa agama palsu yang mencemari diri saya?’ Pertimbangkan beberapa contoh.

Senin, 18 November 2013

Pandangan alkitab,mengapa natal bukan perayaan Kristiani ?

 

’NATAL dilarang! Siapa pun yang merayakannya atau bahkan tinggal di rumah, tidak bekerja pada hari Natal akan dijatuhi hukuman!’

Hal yang tampak aneh ini sungguh-sungguh terjadi pada abad ke-17. Orang-orang puritan (salah satu anggota mazhab Gereja Protestan) melarang perayaan itu di Inggris. Apa penyebab pendirian yang demikian tegas untuk menentang Natal? Dan mengapa dewasa ini terdapat jutaan orang yang merasa bahwa Natal bukan bagi umat kristiani?

Dari Mana Sebenarnya Natal Berasal?

Anda mungkin terkejut bila mempelajari bahwa Natal tidak diajarkan oleh Kristus Yesus maupun dirayakan olehnya atau para muridnya di abad pertama. Kenyataannya, tidak ada catatan tentang perayaan Natal sampai 300 tahun setelah Kristus wafat.

Kebanyakan orang yang hidup di zaman itu menyembah matahari, karena mereka merasakan ketergantungan yang kuat pada siklus tahunannya. Berbagai upacara yang terinci menyertai ibadat kepada matahari di Eropa, Mesir, dan Persia. Tema pokok perayaan-perayaan ini adalah kembalinya terang. Matahari, karena tampak lemah selama musim dingin, dimohon untuk kembali dari ’perjalanan jauh’. Perayaan-perayaan itu meliputi pesta pora, makan-makan, dansa-dansi, mendandani rumah dengan aneka lampu dan hiasan serta saling memberi hadiah. Apakah kegiatan-kegiatan ini kelihatannya sudah umum?

Para penyembah matahari yakin bahwa bagian kayu yang tidak terbakar di antara kayu api unggun memiliki kekuatan magis, bahwa menyalakan api unggun dapat memberi kekuatan kepada dewa matahari dan menghidupkan dia kembali, bahwa rumah yang dihias dengan evergreens (jenis pohon yang terus berdaun dan tetap berwarna hijau sepanjang tahun, seperti cemara, pinus, dan lain-lain) akan mengusir roh-roh jahat, bahwa holly (rangkaian sejenis daun-daunan dengan buah berwarna merah) dipersembahkan sebagai suatu janji kembalinya matahari, dan bahwa ranting pohon mistletoe (sejenis tanaman parasit berbuah putih) dapat membawa keberuntungan apabila dikenakan dengan anggun. Kepada perayaan apakah benda-benda ini dihubungkan dewasa ini?

Apakah Memberi Hadiah Natal Masuk Akal?

 

SEBAGIAN BESAR pengeluaran Natal dilakukan karena memberi hadiah pada saat-saat demikian merupakan sesuatu yang dinanti-nantikan sepanjang tahun. Jika seseorang tidak memberi hadiah, ia telah melanggar kebiasaan yang berakar kuat. Namun, ekonom James S. Henry, yang menulis dalam The New Republic, mengritik ”memberi karena terpaksa” demikian sebagai pembunuh-sukacita dan kesia-siaan.

”Memberikan hadiah yang tidak cocok bagi penerima merupakan salah satu indikasi kesia-siaan ini,” katanya menjelaskan. ”Menurut pusat-pusat perbelanjaan di New York, setiap tahun sekitar 15 persen dari pembelian eceran secara tunai sewaktu Natal dikembalikan. Dengan memperhitungkan fakta bahwa banyak hadiah yang tidak cocok tetap disimpan . . . , bisa jadi hingga sepertiga dari pembelian tidak memenuhi keinginan para penerimanya.”

Sebenarnya, apakah masuk akal menabung sepanjang tahun untuk membeli hadiah yang belum tentu dibutuhkan atau diinginkan si penerimanya? Dan apakah masuk akal untuk berupaya mengesankan orang-orang lain dengan hadiah yang mahal?

”Salah satu aspek konsumsi pada waktu Natal yang khususnya berbahaya adalah ’memberi secara mencolok’,” demikian pernyataan Henry. ”Hadiah mewah,” katanya, ”tepatnya dirancang untuk orang-orang yang tidak membutuhkan hadiah sama sekali (’orang-orang yang sudah memiliki segala-galanya’). Kebanyakan hadiah yang mahal harganya diberikan pada hari Natal; tiga bulan terakhir dalam satu tahun, menurut sebuah angket pada pusat-pusat perbelanjaan di New York, menghasilkan lebih dari setengah penjualan berlian, arloji, dan mantel bulu sepanjang tahun.”

Kebenaran tentang Natal

 

APAKAH Anda memandang penting kebenaran rohani? Jika ya, mungkin Anda pernah mempertanyakan hal-hal ini: (1) Apakah Yesus memang lahir pada tanggal 25 Desember? (2) Siapakah ”orang-orang majus” dan apakah jumlahnya memang tiga orang? (3) ”Bintang” apa yang mengarahkan mereka kepada Yesus? (4) Apa hubungan Sinterklas dengan Yesus dan kelahirannya? (5) Bagaimana pandangan Allah tentang kebiasaan memberi hadiah atau, lebih tepatnya, tukar-menukar hadiah pada waktu Natal?

Sekarang, mari kita bahas pertanyaan-pertanyaan ini berdasarkan Alkitab dan fakta sejarah.
(1) Apakah Yesus Lahir pada Tanggal 25 Desember?

Kebiasaan: Menurut tradisi, kelahiran Yesus terjadi dan dirayakan pada 25 Desember. Ensiklopedi Indonesia menjelaskan bahwa Natal adalah pesta peringatan hari kelahiran Yesus di Betlehem.

Asal usulnya: ”Proses penetapan tanggal 25 Desember tidak berdasarkan Alkitab,” kata The Christmas Encyclopedia, ”tetapi dari perayaan kafir Romawi yang diadakan pada akhir tahun”, sekitar waktu titik balik matahari pada musim dingin di Belahan Bumi Utara. Salah satunya ialah perayaan Saturnalia, untuk menghormati Saturnus, dewa pertanian, ”dan perayaan gabungan untuk dua dewa matahari, Sol dari Roma dan Mitra dari Persia”, kata ensiklopedia yang sama. Hari lahir kedua dewa itu dirayakan pada tanggal 25 Desember, titik balik matahari pada musim dingin menurut kalender Julius.

Surga

Diraibkan



Definisi: Kepercayaan bahwa orang Kristen yang setia akan diangkat hidup-hidup dari bumi, tiba-tiba diambil dari dunia, untuk dipersatukan dengan Tuan ”di udara”. Istilah ”diraibkan” dimengerti oleh beberapa orang, tetapi tidak semua orang, sebagai makna 1 Tesalonika 4:17. Istilah ”diraibkan” tidak ada dalam Tulisan-Tulisan Kudus yang terilham.

Ketika rasul Paulus mengatakan bahwa umat Kristen akan ”diangkat” untuk berada bersama-sama dengan Tuan, pokok apa yang sedang dibahas?

1 Tes. 4:13-18, RS: ”Kami tidak ingin kamu kurang pengetahuan, saudara-saudara, tentang orang-orang yang tidur [”mereka yang tidur dalam kematian”, NE; ”mereka yang meninggal”, TB; BIS], agar kamu tidak berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai harapan. Sebab jika kita beriman bahwa Yesus telah mati dan bangkit kembali, maka melalui Yesus, orang-orang yang telah tidur juga akan dibawa oleh Allah bersama dia. Sebab inilah yang kami beri tahukan kepadamu melalui firman Tuhan, bahwa kita yang hidup, yang masih akan hidup sampai kedatangan Tuhan, tidak akan mendahului mereka yang telah tidur. Karena Tuhan sendiri akan turun dari surga dengan seruan yang kuat, dengan seruan malaikat dan dengan bunyi terompet Allah. Dan mereka yang sudah mati dalam Kristus akan bangkit lebih dahulu; setelah itu kita yang hidup, yang masih tetap hidup, akan diangkat dalam awan-awan bersama mereka untuk menemui Tuhan di udara; dan dengan demikian kita akan selalu bersama Tuhan. Karena itu teruslah hibur satu sama lain dengan kata-kata ini.” (Rupanya, ada anggota-anggota sidang Kristen di Tesalonika yang sudah meninggal. Paulus menganjurkan mereka yang masih hidup untuk saling menghibur dengan harapan kebangkitan. Ia mengingatkan mereka bahwa Yesus dibangkitkan setelah Ia mati; maka demikian juga, pada waktu kedatangan Tuan, umat Kristen yang setia dari antara mereka yang telah meninggal akan dibangkitkan untuk berada bersama-sama Kristus.)

Diraibkan


Diraibkan
Definisi: Kepercayaan bahwa orang Kristen yang setia akan diangkat hidup-hidup dari bumi, tiba-tiba diambil dari dunia, untuk dipersatukan dengan Tuan ”di udara”. Istilah ”diraibkan” dimengerti oleh beberapa orang, tetapi tidak semua orang, sebagai makna 1 Tesalonika 4:17. Istilah ”diraibkan” tidak ada dalam Tulisan-Tulisan Kudus yang terilham.

Ketika rasul Paulus mengatakan bahwa umat Kristen akan ”diangkat” untuk berada bersama-sama dengan Tuan, pokok apa yang sedang dibahas?

1 Tes. 4:13-18, RS: ”Kami tidak ingin kamu kurang pengetahuan, saudara-saudara, tentang orang-orang yang tidur [”mereka yang tidur dalam kematian”, NE; ”mereka yang meninggal”, TB; BIS], agar kamu tidak berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai harapan. Sebab jika kita beriman bahwa Yesus telah mati dan bangkit kembali, maka melalui Yesus, orang-orang yang telah tidur juga akan dibawa oleh Allah bersama dia. Sebab inilah yang kami beri tahukan kepadamu melalui firman Tuhan, bahwa kita yang hidup, yang masih akan hidup sampai kedatangan Tuhan, tidak akan mendahului mereka yang telah tidur. Karena Tuhan sendiri akan turun dari surga dengan seruan yang kuat, dengan seruan malaikat dan dengan bunyi terompet Allah. Dan mereka yang sudah mati dalam Kristus akan bangkit lebih dahulu; setelah itu kita yang hidup, yang masih tetap hidup, akan diangkat dalam awan-awan bersama mereka untuk menemui Tuhan di udara; dan dengan demikian kita akan selalu bersama Tuhan. Karena itu teruslah hibur satu sama lain dengan kata-kata ini.” (Rupanya, ada anggota-anggota sidang Kristen di Tesalonika yang sudah meninggal. Paulus menganjurkan mereka yang masih hidup untuk saling menghibur dengan harapan kebangkitan. Ia mengingatkan mereka bahwa Yesus dibangkitkan setelah Ia mati; maka demikian juga, pada waktu kedatangan Tuan, umat Kristen yang setia dari antara mereka yang telah meninggal akan dibangkitkan untuk berada bersama-sama Kristus.)
Siapakah orang-orang yang akan ’diangkat dalam awan’, seperti dinyatakan di 1 Tesalonika 4:17?
Ayat 15 menjelaskan bahwa mereka adalah orang-orang yang setia ”yang masih akan hidup sampai kedatangan Tuhan”, yaitu mereka masih hidup pada waktu kedatangan Kristus. Apakah mereka akan pernah mati? Menurut Roma 6:3-5, dan 1 Korintus 15:35, 36, 44 (dikutip di halaman 100), mereka harus mati sebelum mereka dapat memperoleh kehidupan surgawi. Tetapi, mereka tidak perlu tetap tinggal dalam keadaan mati menunggu kembalinya Kristus. Mereka akan ”diangkat” seketika itu juga, ”dalam sekejap mata”, untuk berada bersama dengan Tuan.1 Kor. 15:51, 52; juga Penyingkapan 14:13.

Apakah Kristus akan muncul secara kelihatan di awan dan mengangkat orang Kristen yang setia ke surga seraya dunia ini memandang mereka?
Apakah Yesus mengatakan bahwa dunia akan melihat dia lagi dengan mata jasmani mereka?
Yoh. 14:19, TB: ”Tinggal sesaat lagi dan dunia tidak akan melihat aku lagi, tetapi kamu [murid-muridnya yang setia] melihat aku, sebab aku hidup dan kamupun akan hidup.” (Cetak miring ditambahkan.) (Bandingkan 1 Timotius 6:16.)
Apa artinya Tuan ”akan turun dari surga”?
Dapatkah Tuan ”turun dari surga”, seperti dikatakan di 1 Tesalonika 4:16, tanpa terlihat oleh mata jasmani? Pada zaman Sodom dan Gomora dahulu, Yehuwa mengatakan bahwa Ia akan ”turun untuk melihat” apa yang dilakukan orang-orang. (Kej. 18:21, TB) Namun, ketika Yehuwa mengadakan pemeriksaan tersebut, tidak seorang pun melihat Dia, meskipun memang mereka melihat wakil-wakil yang Dia utus, yaitu malaikat-malaikat. (Yoh. 1:18) Demikian pula, tanpa harus kembali dalam tubuh jasmani, Yesus dapat mengalihkan perhatiannya kepada para pengikutnya yang setia di bumi untuk memberi mereka pahala.
Jadi, dalam arti apa umat manusia akan ”melihat” Tuan ”datang dalam awan”?
Yesus menubuatkan, ”Kemudian mereka akan melihat Putra manusia [Yesus Kristus] datang dalam awan dengan kuasa dan kemuliaan yang besar.” (Luk. 21:27) Pernyataan ini atau yang serupa dalam ayat-ayat lain sama sekali tidak bertentangan dengan apa yang Yesus katakan seperti dicatat dalam Yohanes 14:19. Pertimbangkan: Di Gunung Sinai, apa yang terjadi ketika Allah ’datang kepada umat itu dalam awan yang tebal’, seperti dinyatakan dalam Keluaran 19:9? (TB) Allah hadir secara tidak kelihatan; orang-orang Israel melihat bukti yang kelihatan dari kehadiran-Nya, tetapi tidak seorang pun dari mereka benar-benar melihat Allah dengan mata mereka. Jadi, demikian pula, ketika Yesus mengatakan bahwa ia akan datang ”dalam awan”, ia pasti memaksudkan bahwa ia tidak terlihat oleh mata manusia tetapi orang-orang sadar bahwa ia hadir. Mereka akan ”melihat” dia dengan mata pikiran mereka, mengerti fakta bahwa ia hadir. (Untuk komentar selanjutnya, lihat judul utama ”Kembalinya Kristus”.)
Apakah mungkin bagi orang Kristen untuk diangkat ke surga dengan tubuh jasmani mereka?
1 Kor. 15:50, TB: ”Saudara-saudara, inilah yang hendak kukatakan kepadamu, yaitu bahwa daging dan darah tidak mendapat bagian dalam kerajaan Allah dan bahwa yang binasa tidak mendapat bagian dalam apa yang tidak binasa.”
Apakah pengalaman nabi Elia bertentangan dengan hal ini? Sama sekali tidak. Hal itu harus dimengerti sambil mengingat pernyataan Yesus yang jelas berabad-abad kemudian, ”Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia.” (Yoh. 3:13, TB) Meskipun Elia terlihat ’naik ke surga dalam angin badai’, tidak berarti bahwa ia pergi ke suatu wilayah roh. Mengapa tidak? Karena belakangan dilaporkan bahwa ia mengirim surat teguran kepada raja Yehuda. (2 Raj. 2:11, TB; 2 Taw. 21:1, 12-15) Sebelum manusia menciptakan pesawat terbang, Yehuwa pada waktu itu menggunakan sarana-Nya sendiri (sebuah kereta berapi dan angin badai) untuk mengangkat Elia dari bumi ke langit tempat burung-burung beterbangan dan memindahkannya ke tempat lain.—Bandingkan Kejadian 1:6-8, 20.

Apakah orang Kristen yang setia mungkin akan diangkat ke surga secara diam-diam, raib begitu saja dari bumi tanpa harus mati?

Rm. 6:3-5, TB: ”Tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? . . . Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya.” (Apa yang terjadi pada diri Yesus merupakan suatu pola. Murid-muridnya maupun orang-orang lain tahu bahwa ia sudah mati. Ia baru dipulihkan kepada kehidupan surgawi setelah ia mati dan dibangkitkan.)

1 Kor. 15:35, 36, 44, TB: ”Mungkin ada orang yang bertanya; ’Bagaimanakah orang mati dibangkitkan? Dan, dengan tubuh apakah mereka akan datang kembali?’ Hai orang bodoh! Apa yang engkau sendiri taburkan, tidak akan tumbuh dan hidup, kalau ia tidak mati dahulu. Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah.” (Jadi sebelum seseorang mendapat tubuh rohani, ia harus mati dahulu, bukan?)

Apakah semua orang Kristen yang setia akan diambil secara mukjizat dari bumi oleh Tuan sebelum kesengsaraan besar?

Mat. 24:21, 22: ”Karena kemudian akan ada kesengsaraan besar seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia hingga sekarang, tidak, dan juga tidak akan terjadi lagi. Sebenarnya, jika hari-hari itu tidak dipersingkat, tidak ada orang yang akan diselamatkan; tetapi oleh karena orang-orang pilihan, hari-hari itu akan dipersingkat.” (Di sini tidak dikatakan bahwa semua ’orang pilihan’ akan diambil ke surga sebelum sengsara besar mulai, bukan? Tetapi, hal ini mungkin menunjukkan bahwa beberapa di antara mereka, bersama dengan rekan-rekan mereka secara jasmani, akan selamat melewati kesengsaraan besar di atas bumi.)

Why. 7:9, 10, 14, TB: ”Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka. Dan dengan suara nyaring mereka berseru: ’Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba!’ ’Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan besar.’ ” (Untuk dapat ”keluar” dari sesuatu, seseorang harus masuk ke dalamnya atau ada di dalamnya. Jadi, kumpulan besar ini haruslah orang-orang yang benar-benar mengalami kesusahan atau kesengsaraan besar dan keluar darinya sebagai orang-orang yang selamat.) (Mengenai keberadaan mereka di bumi, lihat halaman 368.)
Perlindungan apa akan ada bagi orang-orang Kristen sejati selama kesengsaraan besar?
Rm. 10:13, TB: ”Barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan [”Yehuwa”, NW], akan diselamatkan.”
Zef. 2:3, TB: ”Carilah TUHAN [”Yehuwa”, NW], hai semua orang yang rendah hati di negeri, yang melakukan hukum-Nya; carilah keadilan, carilah kerendahan hati; mungkin kamu akan terlindung pada hari kemurkaan TUHAN.” (Juga Yesaya 26:20)

Apakah semua orang Kristen sejati mungkin akan diangkat ke surga setelah kesengsaraan besar?

Mat. 5:5, TB: ”Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.”

Mz. 37:29, TB: ”Orang-orang benar akan mewarisi negeri [”bumi’, RO, NW; ”tanah itu”, TL, BIS] dan tinggal di sana senantiasa.” (Juga ayat 10, 11, 34)

1 Kor. 15:50, TB: ”Daging dan darah tidak mendapat bagian dalam kerajaan Allah.”

Lihat juga judul utama ”Surga”.
Mengapa ada orang Kristen yang dibawa ke surga untuk berada bersama dengan Kristus?
Why. 20:6, TB: ”Mereka akan menjadi imam-imam Allah dan Kristus, dan mereka akan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Dia, seribu tahun lamanya.” (Karena mereka akan memerintah dengan Kristus, harus ada orang-orang yang mereka perintah. Siapakah itu? Lihat Matius 5:5 dan Mazmur 37:29.)

Lihat juga judul utama ”Dilahirkan Kembali”.

Apakah orang-orang yang pergi ke surga kelak akan dikembalikan ke bumi untuk hidup selama-lamanya dalam Firdaus di sini?

Ams. 2:21, TB: ”Orang jujurlah akan mendiami tanah [”berdiam di bumi”, NW], dan orang yang tak bercelalah yang akan tetap tinggal di situ.” (Perhatikan, ayat ini tidak mengatakan bahwa orang-orang yang jujur akan kembali ke bumi melainkan mereka akan tetap tinggal di situ.)

1 Tes. 4:17, TB: ”Demikianlah kita [orang-orang Kristen yang diangkat ke surga] akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan.”

Jumat, 15 November 2013

Di Manakah Orang Mati?


 

Bagaimana keadaan kita pada waktu mati?

Mengapa manusia mati?

Apakah kita merasa lega sewaktu mengetahui kebenaran tentang kematian?

ITULAH pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam benak orang-orang selama ribuan tahun. Pertanyaan-pertanyaan itu penting karena jawabannya mempengaruhi kita masing-masing, tidak soal siapa kita atau di mana kita tinggal.

2 Dalam pasal sebelumnya, kita membahas bagaimana melalui korban tebusan Yesus Kristus, kita dapat memperoleh kehidupan abadi. Kita juga belajar bahwa Alkitab menubuatkan suatu masa ketika ”kematian tidak akan ada lagi”. (Penyingkapan 21:4) Namun, sementara ini, kita semua akan mati. Orang ”yang hidup sadar bahwa mereka akan mati”, kata Raja Salomo yang bijaksana. (Pengkhotbah 9:5) Kita berupaya hidup selama mungkin. Meskipun begitu, kita bertanya-tanya bagaimana keadaan kita sewaktu kita mati.

Gehena


 

[bentuk Yn. dari kata Ibr. Geh Hin·nom, ”Lembah Hinom”].

Nama ini muncul 12 kali dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen, dan meskipun banyak penerjemah mengalihbahasakannya secara bebas dengan kata ”neraka”, sejumlah terjemahan modern mentransliterasi kata tersebut dari kata Yunani geen·na.—Mat 5:22, Ro, Mo, ED, NW, BC (Spanyol), NC (Spanyol), juga catatan kaki Da dan RS.



Lembah Hinom yang dalam dan sempit, yang belakangan dikenal dengan nama Yunani ini, terletak di sebelah selatan dan barat daya Yerusalem kuno dan sekarang adalah Wadi er-Rababi (Ge Ben Hinnom). (Yos 15:8; 18:16; Yer 19:2, 6; lihat HINOM, LEMBAH.) Raja Ahaz dan Raja Manasye dari Yehuda melakukan penyembahan berhala di sana, yang mencakup pembakaran manusia sebagai korban kepada Baal. (2Taw 28:1, 3; 33:1, 6; Yer 7:31, 32; 32:35) Belakangan, agar kegiatan semacam itu tidak lagi dilakukan di sana, Raja Yosia yang setia menajiskan tempat penyembahan berhala tersebut, khususnya bagian yang disebut Tofet.—2Raj 23:10.

Bukan Lambang Siksaan Abadi. Yesus Kristus menghubungkan api dengan Gehena (Mat 5:22; 18:9; Mrk 9:47, 48), sebagaimana dilakukan Yakobus, sang murid, satu-satunya penulis Alkitab yang menggunakan kata itu selain Matius, Markus, serta Lukas. (Yak 3:6) Beberapa komentator berupaya mengaitkan api, yang merupakan karakteristik Gehena, dengan pembakaran korban-korban manusia yang dilakukan sebelum pemerintahan Yosia dan, atas dasar itu, berpendapat bahwa Gehena digunakan oleh Yesus sebagai lambang siksaan abadi. Namun, mengingat Allah Yehuwa menyatakan perasaan jijik terhadap praktek semacam itu, dengan mengatakan bahwa itu adalah ”suatu hal yang tidak pernah kuperintahkan dan yang tidak pernah muncul dalam hatiku” (Yer 7:31; 32:35), sangatlah mustahil jika Putra Allah, sewaktu membahas penghakiman ilahi, menjadikan praktek penyembahan berhala semacam itu sebagai dasar untuk makna simbolis Gehena. Patut diperhatikan bahwa melalui nubuat, Allah menetapkan Lembah Hinom sebagai tempat pembuangan mayat secara massal, bukan tempat penyiksaan para korban yang masih hidup. (Yer 7:32, 33; 19:2, 6, 7, 10, 11) Jadi, secara umum diakui bahwa ”lembah tempat bangkai-bangkai dan abu yang berlemak” yang disebutkan di Yeremia 31:40 memaksudkan Lembah Hinom, dan gerbang yang dikenal sebagai ”Gerbang Tumpukan-abu” tampaknya menghadap ke ujung timur lembah itu pada sambungannya dengan jurang Kidron.—Neh 3:13, 14.

Hades


 

Kata ini adalah transliterasi yang umum ke dalam bahasa Indonesia dari padanan Yunaninya, haides. Artinya mungkin ”tempat yang tidak kelihatan”. Secara keseluruhan, kata ”Hades” muncul sepuluh kali dalam manuskrip-manuskrip paling awal Kitab-Kitab Yunani Kristen.—Mat 11:23; 16:18; Luk 10:15; 16:23; Kis 2:27, 31; Pny 1:18; 6:8; 20:13, 14.

King James Version menerjemahkan haides sebagai ”neraka” dalam ayat-ayat tersebut, tetapi Revised Standard Version menerjemahkannya ”Hades”, kecuali di Matius 16:18 yang menggunakan ungkapan ”kuasa kematian”, meskipun catatan kakinya berbunyi ”gerbang-gerbang Hades”. Banyak terjemahan modern menggunakan kata ”Hades” dan bukannya ”neraka”.

Kitab-Kitab Ibrani (dari Kejadian sampai Maleakhi) terjemahan Septuaginta Yunani menggunakan kata ”Hades” 73 kali; 60 kali di antaranya untuk menerjemahkan kata Ibrani syeʼohl, yang umumnya ditransliterasi menjadi ”Syeol”. Lukas, yang diilhami Allah untuk menulis buku Kisah, dengan jelas memperlihatkan bahwa Hades adalah padanan kata Yunani untuk Syeol sewaktu ia menerjemahkan kutipan Petrus dari Mazmur 16:10. (Kis 2:27) Kebalikannya, dalam sembilan terjemahan Ibrani modern dari Kitab-Kitab Yunani Kristen, kata ”Syeol” digunakan untuk menerjemahkan kata Hades di Penyingkapan 20:13, 14; dan terjemahan Siria menggunakan kata yang terkait, Syiul.

Dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen, kata Hades berkaitan dengan kematian, baik dalam ayatnya sendiri maupun dalam konteksnya, kecuali dalam dua pemunculan yang akan dibahas di paragraf berikut. Hades tidak memaksudkan kuburan tunggal (Yn., tafos), atau makam tunggal (Yn., mnema), atau makam peringatan tunggal (Yn., mne·meion), tetapi kuburan umum umat manusia, tempat orang mati dan orang-orang yang dikubur, tidak kelihatan. Jadi, artinya sama dengan padanan katanya, ”Syeol”, dan fakta itu terbukti dengan memeriksa penggunaannya dalam kesepuluh pemunculan kata Hades itu.—Lihat KUBURAN; SYEOL.

Neraka—Siksaan Kekal atau Kuburan Umum?

 

APAKAH saudara telah diberi tahu bahwa Bapa-Bapa Gereja masa awal, teolog-teolog abad pertengahan dan para Reformis menyatakan bahwa siksaan yang dialami di neraka bersifat kekal? Jika demikian, mungkin saudara akan terkejut bila mengetahui bahwa beberapa sarjana Alkitab yang sangat terpandang sekarang sedang menantang pandangan itu. Di Inggris, salah seorang dari antara mereka, John R. W. Stott, menulis bahwa ”Alkitab menunjuk ke arah pembinasaan, dan bahwa ’siksaan kekal secara sadar’ adalah suatu tradisi yang harus tunduk kepada wewenang tertinggi dari Alkitab.”—Essentials—A Liberal-Evangelical Dialogue.

Apa yang membuatnya menyimpulkan bahwa ajaran siksaan kekal tidak berdasarkan Alkitab?

Pelajaran Bahasa

Argumen pertamanya menyangkut bahasa. Ia menjelaskan bahwa bila Alkitab menunjuk kepada akhir dari keadaan terkutuk (”Gehena”; lihat kotak, halaman 8), buku itu sering menggunakan kosa kata ”pembinasaan”, dalam bahasa Yunani ”kata kerjanya adalah apollumi (membinasakan) dan kata bendanya adalah apòleia (pembinasaan)”. Apakah kata-kata ini mengacu kepada siksaan? Stott menjelaskan bahwa bila kata kerjanya bersifat aktif dan transitif, ”apollumi” berarti ”membunuh”. (Matius 2:13; 12:14; 21:41) Jadi, di Matius 10:28, yang dalam King James Version disebutkan bahwa Allah membinasakan ”jiwa maupun tubuh di dalam neraka”, gagasan yang terkandung adalah kebinasaan dalam kematian, bukan siksaan kekal. Di Matius 7:13, 14, Yesus membandingkan ”sesaklah . . . jalan yang menuju kepada kehidupan” dengan ”lebarlah . . . jalan yang menuju kepada kebinasaan”. Stott berkomentar, ”Oleh karena itu, akan tampak aneh jika orang-orang yang dikatakan mengalami kebinasaan ternyata tidak binasa.” Dengan alasan yang dapat dibenarkan, ia mencapai kesimpulan, ”Jika membunuh adalah mencabut kehidupan dari tubuh, maka neraka tampaknya berarti pencabutan kehidupan fisik maupun rohani, yaitu, menjadi tidak ada.”—Essentials, halaman 315-16.

Kamis, 14 November 2013

Apa yang Yesus Ajarkan tentang Kerajaan Allah




 
”Ia mengadakan perjalanan dari kota ke kota dan dari desa ke desa, memberitakan . . . kabar baik tentang kerajaan Allah.”—LUKAS 8:1.

KITA senang berbicara tentang hal-hal yang penting bagi kita, yang dekat di hati kita. Sebagaimana Yesus sendiri katakan, ”dari kelimpahan hatilah mulut berbicara”. (Matius 12:34) Berdasarkan apa yang Yesus bicarakan selama pelayanannya, dapat disimpulkan bahwa Kerajaan Allah dekat di hatinya.

Apa Kerajaan Allah itu? Kerajaan adalah pemerintahan yang dikuasai seorang raja. Jadi, Kerajaan Allah adalah pemerintahan yang didirikan oleh Allah. Yesus berbicara panjang lebar tentang Kerajaan Allah, menjadikan itu tema beritanya. Ada lebih dari 110 kali Kerajaan itu disebutkan dalam keempat Injil. Tetapi, Yesus tidak mengajar dengan kata-kata saja. Berbagai tindakannya juga mengajarkan banyak hal tentang Kerajaan Allah dan apa yang bakal dilakukannya.

Siapa Rajanya? Raja Kerajaan Allah tidak dipilih oleh manusia melalui pemilu. Sebaliknya, Penguasa ini dipilih oleh Allah sendiri. Dalam pengajarannya, Yesus menyingkapkan bahwa dialah yang dipilih oleh Allah untuk menjadi Raja.

Yesus tahu bahwa nubuat-nubuat Alkitab telah memberi tahu di muka bahwa Mesias yang dijanjikan akan memerintah atas suatu Kerajaan yang kekal. (2 Samuel 7:12-14; Daniel 7:13, 14; Matius 26:63, 64) Ingatlah, Yesus terus terang menyatakan dirinya sebagai Mesias yang dinubuatkan. Dengan demikian, Yesus mengakui bahwa ia adalah Raja yang dilantik oleh Allah. (Yohanes 4:25, 26) Maka, tepatlah bahwa ia beberapa kali menggunakan istilah ”kerajaanku”.—Yohanes 18:36.

Yesus juga mengajarkan bahwa ada orang-orang lain yang akan memerintah bersama dia dalam Kerajaan itu. (Lukas 22:28-30) Ia menyebut para rekan penguasa ini ”kawanan kecil”, karena jumlah mereka terbatas. Ia berkata tentang mereka, ”Bapakmu telah berkenan memberikan kerajaan itu kepadamu.” (Lukas 12:32) Buku terakhir dalam Alkitab menunjukkan bahwa akan ada sejumlah 144.000 orang yang mendapat hak istimewa memerintah bersama Kristus.—Penyingkapan (Wahyu) 5:9, 10; 14:1.

ALLAH atau Elohim


 

Apa pun yang disembah dapat disebut allah atau dewa, karena si penyembah mengakuinya sebagai sesuatu yang lebih perkasa daripada dirinya dan ia memujanya. Seseorang bahkan dapat menjadikan perutnya sebagai allah. (Rm 16:18; Flp 3:18, 19) Alkitab menyebutkan bahwa ada banyak allah (Mz 86:8; 1Kor 8:5, 6), tetapi memperlihatkan bahwa allah-allah berbagai bangsa tidak ada nilainya.—Mz 96:5; lihat DEWA DAN DEWI.

Kata-Kata Ibrani. Kata Ibrani yang diterjemahkan ”Allah” antara lain ialah ʼEl, yang mungkin berarti ”Yang Perkasa; Yang Kuat”. (Kej 14:18) Kata itu digunakan untuk memaksudkan Yehuwa, allah-allah lain, dan manusia. Kata itu juga digunakan secara luas sebagai bagian dari nama pribadi, seperti Elisa (yang berarti ”Allah Adalah Keselamatan”) dan Mikhael (”Siapa Seperti Allah?”). Di beberapa ayat, ʼEl muncul dengan kata sandang tentu (ha·ʼEl, harfiah, ”Allah” [bhs. Ing., the God]) untuk memaksudkan Yehuwa, dengan demikian membedakan Dia dari allah-allah lain.—Kej 46:3; 2Sam 22:31; lihat Rbi8, Apendiks 1F dan 1G.

Dalam nubuat di Yesaya 9:6, Yesus Kristus disebut sebagai ʼEl Gib·bohr, ”Allah yang Perkasa” (bukan ʼEl Syad·dai [Allah Yang Mahakuasa], yang ditujukan kepada Yehuwa di Kejadian 17:1).

Bentuk jamak, ʼe·lim, digunakan apabila memaksudkan allah-allah lain, seperti di Keluaran 15:11 (”allah-allah”). Ini juga digunakan sebagai bentuk jamak yang menyatakan keagungan dan keunggulan, seperti di Mazmur 89:6, ”Siapakah yang dapat menyamai Yehuwa di antara putra-putra Allah [bi·veneh ʼE·lim]?” Di ayat ini dan di sejumlah ayat lain, bentuk jamak digunakan untuk menyatakan satu pribadi tunggal, dan ini didukung oleh fakta bahwa ʼE·lim diterjemahkan menjadi bentuk tunggal The·os dalam Septuaginta Yunani, maupun Deus dalam Vulgata Latin.

Yesus


 
Nama dan gelar Putra Allah setelah ia diurapi sewaktu berada di bumi.
Nama Yesus (Yn., I·e·sous) sama dengan nama Ibrani Yesyua (atau, bentuk yang lebih lengkapnya, Yehosyua), yang artinya ”Yehuwa Adalah Keselamatan”. Nama itu sendiri tidak istimewa, karena pada masa itu banyak orang memiliki nama tersebut. Itulah sebabnya, sering kali ada penambahan keterangan seperti ”Yesus, orang Nazaret”. (Mrk 10:47; Kis 2:22) Kristus berasal dari kata Yunani Khri·stos, padanan kata Ibrani Ma·syiakh (Mesias), yang artinya ”Orang yang Diurapi”. Sekalipun ungkapan ”orang yang diurapi” cocok untuk diterapkan pada orang-orang sebelum Yesus, seperti Musa, Harun, dan Daud (Ibr 11:24-26; Im 4:3; 8:12; 2Sam 22:51), kedudukan, jabatan, atau dinas yang mereka pegang setelah diurapi hanyalah gambaran pendahuluan dari kedudukan, jabatan, dan dinas yang lebih unggul yang dimiliki Yesus Kristus. Oleh karena itu, dalam arti yang paling unggul dan unik Yesus adalah ”Kristus, Putra dari Allah yang hidup”.—Mat 16:16; lihat KRISTUS; MESIAS.

Eksistensi Pramanusia. Kehidupan pribadi yang kemudian dikenal sebagai Yesus Kristus tidaklah berawal di bumi. Ia sendiri berbicara tentang kehidupan pramanusianya di surga. (Yoh 3:13; 6:38, 62; 8:23, 42, 58) Yohanes 1:1, 2 menyebutkan nama untuk pribadi yang menjadi Yesus ini sewaktu ia berada di surga, ”Pada mulanya Firman [Yn., Logos] itu ada, dan Firman itu bersama Allah, dan Firman itu adalah suatu allah [”ilahi”, AT; Mo; atau ”adalah pribadi ilahi”, Böhmer; Stage (keduanya dalam bhs. Jerman)]. Pribadi ini pada mulanya bersama Allah.” Karena Yehuwa itu kekal dan tidak mempunyai permulaan (Mz 90:2; Pny 15:3), pernyataan bahwa Firman itu bersama Allah sejak ’awal mula’ dalam ayat tersebut pastilah memaksudkan awal mula pekerjaan penciptaan Yehuwa. Hal itu diteguhkan oleh ayat-ayat lain yang mengidentifikasi Yesus sebagai ”yang sulung dari antara semua ciptaan”, ”awal dari ciptaan Allah”. (Kol 1:15; Pny 1:1; 3:14) Oleh karena itu, Tulisan-Tulisan Kudus mengidentifikasi Firman itu (Yesus dalam eksistensi pramanusianya) sebagai ciptaan pertama Allah, Putra sulung-Nya.

YEHUWA




 

[bentuk kausatif imperfek dari kata kerja Ibr., ha·wah′ (menjadi); artinya ”Ia Menyebabkan Menjadi”].


Nama pribadi Allah. (Yes 42:8; 54:5) Meskipun dalam Alkitab Allah disebut dengan berbagai gelar deskriptif, misalnya ”Allah”, ”Tuan Yang Berdaulat”, ”Pencipta”, ”Bapak”, ”Yang Mahakuasa”, dan ”Yang Mahatinggi”, kepribadian serta sifat-sifat-Nya—siapa dan apa sebenarnya Dia—sepenuhnya terangkum dan dinyatakan dalam nama pribadi ini saja.—Mz 83:18.