Senin, 16 Desember 2013

Air Bah—Fakta atau Dongeng?

Air Bah—Fakta atau Dongeng?
’Dan semua binatang tersebut datang berpasangan mendapatkan Nuh ke dalam bahtera itu.’—Kejadian 7:8, 9.

SIAPA yang belum pernah mendengar tentang Air Bah pada zaman Nuh? Mungkin Anda telah mengetahui cerita itu sejak kecil. Sebenarnya, apabila Anda mengunjungi perpustakaan setempat untuk menyelidiki tentang Air Bah, Anda mungkin mendapati ada lebih banyak buku mengenainya yang ditujukan bagi anak-anak daripada bagi orang dewasa. Jadi, Anda mungkin berkesimpulan bahwa kisah Air Bah hanyalah dongeng pengantar tidur. Banyak orang merasa bahwa kisah Air Bah Zaman Nuh, dan kisah-kisah Alkitab lainnya, tidak lebih daripada dongeng atau, paling-paling, pelajaran moral yang dikarang manusia.

Sungguh mengejutkan, bahkan beberapa orang yang mengaku menaruh kepercayaan agama mereka atas Alkitab meragukan bahwa Air Bah benar-benar pernah terjadi. Imam Katolik Edward J. McLean pernah menyatakan bahwa cerita tentang Nuh ditulis untuk ditafsirkan, bukan sebagai sejarah, melainkan sebagai ”bentuk alegori atau kesusastraan”.

Akan tetapi, apakah narasi mengenai Air Bah dalam Alkitab hanyalah sebuah alegori (perlambang), bukan untuk diartikan secara harfiah? Apakah Alkitab sendiri mengizinkan pandangan demikian?


Perincian yang Memiliki Dasar

Terlebih dahulu, perhatikanlah catatan yang dibuat oleh Musa dalam buku Kejadian. Di sini, kita mendapati tahun, bulan, dan hari yang spesifik mengenai kapan curahan air dimulai, kapan bahtera kandas, dan kapan bumi menjadi kering. (Kejadian 7:11; 8:4, 13, 14) Meskipun tanggal yang spesifik tidak selalu dimuat di berbagai bagian lain dalam buku Kejadian, tanggal-tanggal ini menekankan fakta bahwa Musa memandang Air Bah sebagai peristiwa yang benar-benar terjadi. Bandingkan nada kebenaran Alkitab dengan kata-kata pembukaan klasik dari banyak dongeng, ”Pada suatu hari . . .”

Sebagai contoh lain, perhatikan bahtera itu sendiri. Alkitab melukiskan sebuah perahu sepanjang kira-kira 133 meter, dan perbandingan panjang dan tingginya 10 berbanding 1 serta perbandingan panjang dan lebarnya 6 berbanding 1. (Kejadian 6:15) Padahal, Nuh bukan seorang pembuat kapal. Dan ingat, ini terjadi lebih dari 4.000 tahun yang lalu! Namun, bahtera ini dibangun dengan perbandingan yang ideal untuk berfungsi sebagai wadah terapung. Bahkan, para perancang kapal modern menemukan bahwa perbandingan semacam itu cocok untuk kekuatan dan kestabilan struktur kapal di lautan bebas. Meskipun Alkitab tidak menyebutkan secara spesifik berapa lama Nuh membangun bahtera, menurut catatan kemungkinan pembangunan itu berlangsung selama 50 atau 60 tahun. (Kejadian 5:32; 7:6) Faktor-faktor ini sangat bertentangan dengan kisah terkenal dalam Epik Gilgamesh dari Babilon. Epik itu melukiskan sebuah kubus yang kokoh dan sukar dikendalikan dengan panjang 60 meter pada setiap sisinya dan dibangun dalam waktu tujuh hari saja. Tidak seperti legenda orang-orang Babilon, catatan mengenai Air Bah dalam Alkitab melahirkan keyakinan akan kesaksamaannya.

Selain catatan dalam Kejadian, Alkitab merujuk kepada Nuh atau Air Bah seluas dunia sebanyak sepuluh kali. Apakah rujukan ini menunjukkan bahwa para penulis terilham menganggap Air Bah sebagai sejarah asli atau sebagai dongeng?

Keautentikan Diperteguh

Dalam Alkitab, nama Nuh muncul di dalam dua silsilah bangsa Israel, silsilah yang kedua merujuk sampai Yesus Kristus. (1 Tawarikh 1:4; Lukas 3:36) Baik Ezra maupun Lukas, para penyusun silsilah ini, adalah sejarawan ahli dan pastilah mereka yakin bahwa Nuh adalah pribadi yang benar-benar ada.

Di bagian lain dari Alkitab, Nuh berada dalam jajaran tokoh sejarah lainnya, disebut sebagai pria yang adil-benar dan beriman. (Yehezkiel 14:14, 20; Ibrani 11:7) Apakah masuk akal bagi para penulis Alkitab untuk memasukkan tokoh mitos sebagai teladan untuk diikuti? Tidak, karena ini dapat dengan mudah membuat para pembaca Alkitab menyimpulkan bahwa iman berada di luar jangkauan kekuatan manusia dan hanya dapat diperlihatkan oleh tokoh-tokoh cerita dongeng. Nuh dan pria serta wanita lain yang beriman dicatat karena mereka adalah manusia-manusia dengan kelemahan dan perasaan seperti kita.—Ibrani 12:1; bandingkan Yakobus 5:17.

Dalam rujukan Alkitab lainnya, Nuh dan Air Bah dirujuk dalam konteks pembinasaan yang didatangkan Allah ke atas generasi yang tidak beriman di sekeliling Nuh. Perhatikan rujukan Yesus mengenai Air Bah, yang dicatat di Lukas 17:26, 27, ”Sama seperti yang terjadi pada hari-hari Nuh, demikian juga kelak pada hari-hari Putra manusia: mereka makan, mereka minum, pria-pria menikah, wanita-wanita diberikan untuk dinikahkan, sampai hari itu ketika Nuh masuk ke dalam bahtera, dan banjir datang serta membinasakan mereka semua.”

Yesus Kristus adalah saksi mata dari peristiwa yang ia lukiskan, karena ia telah ada di surga sebelum kehidupannya di bumi. (Yohanes 8:58) Jika Air Bah hanyalah dongeng belaka, berarti Yesus menyiratkan bahwa kehadirannya di masa depan hanyalah bersifat pura-pura atau ia sedang membicarakan sesuatu yang tidak benar. Kedua kesimpulan ini tidak sejalan dengan bagian Alkitab lainnya. (1 Petrus 2:22; 2 Petrus 3:3-7) Oleh karena itu, sebagai hasil pengamatan pribadinya, Yesus Kristus yakin bahwa catatan Alkitab mengenai Air Bah seluas dunia adalah sejarah yang autentik. Bagi orang-orang Kristen sejati, inilah bukti yang paling meyakinkan bahwa Air Bah pada zaman Nuh adalah fakta, bukan dongeng.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar