Minggu, 22 Desember 2013

Caranya Menjadi Pendengar yang Baik

BANTUAN UNTUK KELUARGA | PERKAWINAN

 

TANTANGANNYA

[Gambar di hlm. 12]

”Kamu enggak pernah dengerin aku!” kata teman hidup Anda. ’Lho? Aku dengerin kok,’ pikir Anda. Rupanya, apa yang ingin dia sampaikan berbeda dengan maksud yang Anda tangkap. Akibatnya, kalian pun bertengkar.
Kalian bisa menghindari masalah semacam ini. Pertama-tama, coba perhatikan apa saja yang bisa membuat Anda tidak menangkap maksud kata-kata teman hidup Anda, padahal Anda merasa sudah mendengarkan.

MENGAPA ITU TERJADI

Anda tidak konsentrasi atau sedang capek. Mungkin, anak-anak Anda sedang berteriak-teriak, suara TV terlalu kencang, dan Anda sedang pusing memikirkan masalah di kantor. Lalu teman hidup Anda memberi tahu bahwa nanti malam akan ada tamu yang datang. Anda mungkin langsung berkata ”Oke”. Tapi dalam situasi seperti itu, apakah Anda benar-benar memperhatikan apa yang dia katakan? Kemungkinan tidak.
Anda salah paham. Anda kira ada maksud terselubung di balik kata-kata teman hidup Anda, padahal dia sama sekali tidak bermaksud begitu. Contohnya, dia mungkin mengatakan, ”Minggu ini kamu sering lembur, ya.” Karena Anda pikir dia mau menyindir, Anda pun kesal, ”Memangnya kamu pikir kenapa aku lembur? Karena kamu belanjanya boros!” Dia pun membalas, ”Eh, maksudku bukan itu! Kenapa kamu malah marah?” Padahal awalnya dia hanya mau mengajak Anda bersantai bersama di akhir pekan.
Anda ingin cepat-cepat memperbaiki masalahnya. ”Kadang saya hanya mau curhat,” kata Lina, * ”tapi Doni itu selalu mau kasih jalan keluar. Bukan itu yang saya mau. Saya cuma mau dia mengerti perasaan saya.” Apa akar masalahnya? Doni sibuk memikirkan jalan keluar untuk Lina. Akibatnya, dia bisa jadi tidak benar-benar mendengarkan istrinya.
Ya, penyebabnya memang bisa macam-macam. Sekarang, bagaimana caranya agar Anda bisa menjadi pendengar yang baik?

 YANG BISA ANDA LAKUKAN

Dengarkan sungguh-sungguh. Saat teman hidup Anda ingin menyampaikan suatu hal penting, apakah Anda bisa berkonsentrasi mendengarkan dia? Jika tidak, misalnya karena Anda sedang sibuk dengan hal lain, jangan pura-pura mendengarkan. Jika mungkin, tinggalkan dulu kegiatan lain agar Anda bisa benar-benar mendengarkan dia, atau mungkin Anda bisa meminta dia menundanya sampai Anda siap.—Prinsip Alkitab: Yakobus 1:19.
Beri dia kesempatan untuk bicara. Saat dia sedang bicara, upayakanlah untuk tidak menyela atau membantah. Kalau dia sudah selesai, barulah giliran Anda yang bicara. Sekarang, dengarkan saja dulu.—Prinsip Alkitab: Amsal 18:13.
Ajukan pertanyaan. Dengan bertanya, Anda akan lebih paham apa maksud teman hidup Anda. Lina, yang disebutkan di atas, mengatakan, ”Saya senang kalau Doni mau bertanya, karena itu berarti dia berminat sama cerita saya.”
Berupayalah memahami makna di balik kata-katanya. Perhatikan cara dia bercerita, sorot matanya, dan nada suaranya. Meski dia berkata ”Ya sudah”, itu tidak selalu berarti dia setuju. Itu sangat bergantung pada cara dia mengatakannya. Dia mungkin bertanya, ”Kenapa sih kamu enggak pernah bantu aku?” Mungkin maksud sebenarnya adalah, ”Aku merasa kamu kurang perhatian sama aku.” Cobalah pahami makna kata-katanya, walaupun bukan itu yang dia katakan. Dengan begitu, Anda akan bisa menangkap maksudnya, dan bukannya mempermasalahkan kata-katanya.
Dengarkan sampai selesai. Meski Anda tidak suka pada apa yang dia katakan, jangan bersikap masa bodoh atau langsung pergi. Misalnya, bagaimana kalau dia sedang mengeluh tentang Anda? Gregory, yang telah menikah selama lebih dari 60 tahun, memberikan saran ini, ”Dengarkan saja. Tunjukkan bahwa Anda mau mendengarkan pendapatnya. Memang ­tidak gampang, tapi itu ada manfaatnya.”—Prinsip Alkitab: Amsal 18:15.
Tunjukkan bahwa Anda benar-benar peduli. Mendengarkan sungguh-sungguh bukan hanya soal keahlian, tapi itu bukti bahwa Anda menyayanginya. Jika Anda benar-benar peduli padanya, mendengarkan akan jadi lebih mudah. Itu berarti Anda mengikuti anjuran dalam Kitab Suci, ”Perhatikanlah kepentingan orang lain; jangan hanya kepentingan diri sendiri.”Filipi 2:4, Bahasa Indonesia Masa Kini.

Catatan Kaki

^ par. 9 Nama-nama dalam artikel ini telah diubah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar